Bank Danamon masih sukar mengikuti bisnis berbasis syariah
PT Bank Danamon Indonesia Tbk berusaha mengembangkan sektor bisnis syariahnya, karena potensi pasar syariah di Indonesia yang bisa dibilang cukup besar saat ini. Hal tersebut terjadi karena mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam.
Herry Hykmanto selaku Direktur Syariah Bank Danamon mengatakan bahwa upaya tersebut ternyata tidak semudah kelihatannya. Per akhir April 2019 total penyaluran pembiayaan syariah mencapai Rp3,5 trilliun. Per tahun penyaluran pembiayaan tersebut tumbuh sekitar 3%. Kontribusi pembiayaan tersebut masih terbilang kecil dibandingkan total kredit dan pembiayaan perusahaan. Pembiayaan syariah perusahaan kebanyakan disalurkan untuk peralatan pembangunan sektor infrastruktur dan pembiayaan produktif lainnya. Dalam Rasio pembiayaan macet (NPF) hanya berkisar 1,3%.
Herry menambahkan untuk mendorong pembiayaan syariah memiliki tantangan terbesar yakni mengenai informasi dan edukasi, tidak hanya kepada konsumen tetapi juga kepada internal perusahaan. Maka dari itu, dalam beberapa tahun terakhir perusahaan masih fokus dalam mengajarkan skema syariah kepada pegawainya. Setelah pegawainya memahami skema syariah dengan baik maka pegawai dapat memasarkan produknya dengan lebih efektif. Yang mana dengan seperti itu dapat meningkatkan aset perusahaan dengan lebih baik. Namun tak hanya itu, perusahaan juga harus memiliki usaha untuk memperbanyak pilihan produk. Misalnya saja saat ini, perusahaan-perusahaan banyak mengeluarkan produk pembiayaan pemilikan rumah syariah iB dengan akad Musyaraqah Mutanaqisah (MMQ) atau menggunakan pembiayaan dengan skema kerja sama modal untuk pembelian properti. Yang mana pendapatan atas kerjasama tersebut dapat dibagihasilkan kepada nasabah yang dapat digunakan untuk membeli porsi modal bank secara bertahap sesuai jangka waktu tertentu.
Selain itu yang menjadi halangan lainnya yaitu anak usahanya yang banyak menyalurkan pembiayaan otomotif Adira Finance. I Dewa Made Susila selaku Direktur Keuangan Adira Finance mengatakan bahwa per akhir pembiayaan baru syariah mencapai Rp.631 milliar, yang mana hal tersebut tumbuh 6% per tahunnya. Pembiayaan baru tersebut hanya sekitar 5% dari total pembiayaan baru perusahaan yang mencapai Rp12,55 trilliun. Sementara untuk outstanding bisnis syariah baru mencapai Rp4,3 trilliun atau sekitar 8,4% dari total outstanding perusahaan yang mencapai Rp51 trilliun. Sekitar 70% pembiayaan tersebut disalurkan untuk pembiayaan kendaraan roda 2.
Selain itu yang menjadi halangan lainnya yaitu anak usahanya yang banyak menyalurkan pembiayaan otomotif Adira Finance. I Dewa Made Susila selaku Direktur Keuangan Adira Finance mengatakan bahwa per akhir pembiayaan baru syariah mencapai Rp.631 milliar, yang mana hal tersebut tumbuh 6% per tahunnya. Pembiayaan baru tersebut hanya sekitar 5% dari total pembiayaan baru perusahaan yang mencapai Rp12,55 trilliun. Sementara untuk outstanding bisnis syariah baru mencapai Rp4,3 trilliun atau sekitar 8,4% dari total outstanding perusahaan yang mencapai Rp51 trilliun. Sekitar 70% pembiayaan tersebut disalurkan untuk pembiayaan kendaraan roda 2.
Keunggulan pembiayaan syariah dibandingkan konvensional yakni pada persyaratan uang muka (DP) yang terbilang lebih rendah. Tetapi saat ini persyaratan pembayaran DP dibuat sama antara syariah dan konvensional sehingga perusahaan harus menata strategi lagi dalam bersaing. Salah satu caranya yakni dengan memperkuat infrastruktur internal dan mengembangkan kantor cabang dalam memberikan layanan syariah, yang mana saat ini sudah 25 kantor cabang syariah perusahaan yang tersebar diseluruh Indonesia. Selain itu, perusahaan juga akan mengembangkan pilihan produk seperti pembiayaan umroh untuk karyawan perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan membentuk kerja sama dengan perusahaan lain yang akan memberikan fasilitas bagi karyawannya selama beribadah umroh nantinya. Biaya umroh ini diperkirakan sebesar Rp20 juta hingga Rp30 juta tiap jamaahnya.
Adira Insurance sendiri cukup tanggap dalam mendorong bisnis asuransi berbasis syariahnya. Auralusia Rimadiana selaku Chief sales and distribution officer Adira Insurance menjelaskan bahwa premi syariah per akhir Maret mencapai 13% dari seluruh premi dengan pertumbuhan yang per tahunnya mencapai 20%. Dengan begitu perusahaan dapat terbantu karena memiliki tujuan pada titik yang sama yakni mengembangkan bisnis syariah. Ia menambahkan bahwa mayoritas premi syariah bersumber dari asuransi kendaraan bermotor. Salah satu produk andalan ditahun ini adalah asuransi perjalanan berbasis syariah yang mana untuk melindungi pelanggan selama melakukan travelling syariah atau umrah dan haji. Pada tahun sebelumnya produk ini telah diserbu lebih dari 160 rb jemaah.