fbpx

Sentimen BI Diharapkan Bisa Batasi Pelemahan Rupiah


JawaPos.com – Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan melemah seiring dengan tekanan pasar keuangan yang memberikan pengaruh negarif bagi aset berisiko. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) saat ini posisi rupiah berada di level 14.844.

“Pagi ini nilai tukar regional bergerak melemah terhadap dolar AS. Indeks saham regional juga mengalami tekanan,” kata Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Atiston Tjandra dalam pesan singkatnya, Kamis (17/9).

Ariston memaparkan, pernyataan the Fed yang mengatakan bahwa ekonomi AS berisiko tertekan bila tidak ada stimulus lanjutan dari pemerintah, memberi tekanan ke aset berisiko pagi ini. Seperti diketahui, hingga sekarang pemerintah AS masih belum sepakat dengan parlemen untuk merilis stimulus paket kedua.

Di sisi lain, lanjutnya, The Fed juga menjelaskan kemajuan pemulihan ekonomi AS yang mungkin menjadi faktor penguatan dolar AS pagi ini.

“Potensi pelemahan rupiah hari ini dengan kisaran 14.800-14.950,” ucapnya.

Ariston menambahkan, pelemahan rupiah hari ini bisa tertahan karena adanya pengumuman hasil rapat moneter BI yang kemungkinan tidak ada perubahan suku bunga. Artinya, kemungkinan besar BI tetap mempertahankan pelonggaran moneter. “Sikap BI ini mungkin bisa menahan pelemahan rupiah hari ini,” tutupnya.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Romys Binekasri





Source link

Dibayangi Sentimen The Fed, Rupiah Berpotensi Potensi Menguat


JawaPos.com – Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan dipengaruhi oleh sentimen global terkait pidato Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell di pertemuan para pejabat bank sentral dunia Jackson Hole secara virtual semalam. Mengutip kurs tengah Bank Indonesia (BI), saat ini rupiah berada di level 14.702.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Atiston Tjandra mengatakan, pertemuan The Fed semalam memberikan gambaran yang dovish atau pesimis mengenai kondisi ekonomi AS dan ingin mendorong inflasi AS melebihi target inflasi saat ini di atas 2 persen.

Menurutnya, hal ini memberi indikasi bahwa The Fed akan mengeluarkan kebijakan pelonggaran moneter yang mungkin lebih agresif untuk membantu memulihkan ekonomi AS.

“Sikap ini mendukung pelemahan nilai tukar dolar AS,” ujarnya dalam pesan singkatnya kepada JawaPos.com, Jumat (28/8).

Namun di sisi lain, kata dia, pernyataannya ditangkap oleh pelaku pasar bahwa inflasi di AS ke depan akan lebih tinggi dari saat ini. “Inflasi yang naik biasanya mendorong penguatan nilai tukarnya sehingga semalam dolar AS menguat terhadap nilai tukar lainnya,” imbuhnya.

Secara keseluruhan, Ariston menilai, sikap bank sentral akan memberikan sentimen positif ke depan untuk aset berisiko karena memberikan stimulus ke pasar untuk mendorong kenaikan inflasi dan membantu pemulihan ekonomi di AS.

Namun, Ia menambahkan, reaksi pasar semalam dengan penguatan dollar AS mungkin akan terbawa ke pasar Asia pagi ini yang bisa memberikan tekanan ke nilai tukar negara berkembang.

“Rupiah mungkin bisa tertekan di awal perdagangan terhadap dolar AS dan bisa saja menguat di akhir perdagangan dengan sentimen di atas. Potensi hari ini di kisaran 14.550-14.750,” tutupnya.

Editor : Banu Adikara

Reporter : Romys Binekasri





Source link