Jakarta, CNBC Indonesia - Benar saja! Bursa saham Amerika Serikat (AS) anjlok pada pembukaan perdagangan Senin (21/9/2020), sebagaimana telah terindikasi pada pasar berjangka indeks Wall Street beberapa jam sebelum ini.
Kombinasi kabar buruk dari berbagai belahan dunia memicu aksi jual pelaku pasar di bulan September, atau September Selloff, kian memuncak. Wall Street terkoreksi untuk pekan ketiga berurut-turut sepanjang bulan ini, menjadi koreksi mingguan yang terpanjang sejak 2019.
Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka longsor 496,5 poin (-1,8%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan 15 menit kemudian kian parah jadi 602,8 poin (-2,2%) ke 27.054,61. Nasdaq drop 144,9 poin (-1,3%) ke 10.648,37 dan S&P 500 turun 58,7 poin (-1,8%) ke 3.260,82.
Beberapa kabar buruk yang menciutkan nyali investor di antaranya adalah kabar bahwa Inggris mempertimbangkan rencana karantina wilayah (lockdown) menyusul kenaikan penyebaran virus corona (strain terbaru).
“Sepertinya alasan terbesar untuk koreksi di kebanyakan bursa saham global adalah keprihatinan bahwa pembatasan virus yang lebih ketat di Eropa akan berujung pada kenaikan kasus Covid karena kini kita memasuki musim yang lebih dingin,” tutur Matt Maley, Kepala Perencana Pasar Miller Tabak, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Saham bank di berbagai belahan dunia juga berguguran menyusul laporan bahwa beberapa bank raksasa global melakukan pengelolaan dana mencurigakan dalam dua dekade terakhir. Saham Deutsche Bank anjlok 8,3%, sedangkan JP Morgan drop lebih dari 2,8%.
Laporan yang disusun BuzzFeed dan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) menyebutkan bahwa antara tahun 1999-2017 ada lebih dari US$2 triliun transaksi yang diduga sebagai aktivitas pencucian uang atau pengelolaan dana ilegal.
“Kami tidak mengomentari berita mengenai aktivitas mencurigakan,” tutur HSBC dalam pernyataan resminya. Sementara itu, Standard Chartered dalam pernyataannya menyebutkan bahwa dalam realitasnya akan selalu ada upaya mencuci uang dan menghindari sanksi, dan perlu “tanggung-jawab untuk memerangi kejahatan finansial dengan sangat serius.”
Di luar itu, pasar masih memperhatikan kenaikan kasus corona, setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Jumat mengingatkan bahwa virus corona “tidak akan pergi jauh,” menegaskan bahwa sepekan kemarin 50.000 menjadi korban jiwa.
Pelaku pasar juga memantau perkembangan di Washington di mana para politisi berupaya mencapai kesepakatan terkait paket stimulus. Nasib stimulus kian kabur setelah Trump ingin mengusulkan pengganti Hakim Mahkamah Agung Ruth Bader Ginsburg.
Pertarungan antara kedua kubu di posisi hakim agung tersebut diyakini bakal menempatkan stimulus menjadi prioritas kedua karena fokus politisi Washington akan tersedot di Hakim Agung tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)