fbpx

Kurangi tekanan pandemi, bank-bank gencar melakukan efisiensi


ILUSTRASI. Beberapa bank mencatat penurunan rasio biaya dibanding pendapatan atau cost to income ratio (CIR).

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan ekonomi akibat pandemi Covid-19 membuat ekspansi perbankan terhambat. Tak hanya harus tetap menjaga kondisi tetap stabil, bank pun harus mencari cara untuk menjaga efisiensi.

Beberapa bank pun mencatat penurunan rasio biaya dibanding pendapatan atau cost to income ratio (CIR). PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya menyebut, per September 2020 rasio CIR terjaga di 32,1%.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim bilang, rasio CIR BCA itu turun 3,8% dari kuartal II 2020. Menurutnya, penurunan itu utamanya ditopang turunnya beban operasional BCA sebesar Rp 5,9 triliun pada kuartal III 2020 atau turun 12,3% secara kuartalan.

Dalam situasi pandemi, Vera bilang, BCA harus meningkatkan efisiensi. Caranya dengan meningkatkan kedisiplinan dalam mengelola operasional. “BCA juga memanfaatkan pengembangan teknologi secara konsisten untuk mendukung perbaikan proses dan efisiensi biaya oeprasional,” tuturnya, Kamis (19/11).

Baca Juga: Bunga kredit di Indonesia paling tinggi dibanding negara tetangga, ini penyebabnya

Sementara, Direktur Utama PT Bank Panin Tbk Herwidayatmo menyebutkan, saat ini CIR Bank Panin ada di kisaran 43%. Kendati tak merinci, bankir yang akrab disapa Herwid ini bilang, rasio CIR itu terus menurun.

Dia juga mengatakan, dalam kondisi seperti sekarang sebenarnya banyak biaya yang dapat dihemat bank. Semisal biaya pelatihan karyawan, biaya perjalanan dinas, hingga kegiatan-kegiatan seperti customer gathering yang biasanya melibatkan orang berkumpul.

“Kebijakan work from home (WFH) dan pengurangan jam pelayanan selama pandemi juga menghembat biaya operasional, biaya lembur dan biaya transportasi, termasuk kunjungan nasabah atau marketing,” jelasnya.

Walau banyak kegiatan yang dikurangi, Bank Panin memastikan pelayanan nasabah bakal tetap terjaga. Sebab, perseroan sudah memaksimalkan layanan elektronik banking yang memberikan kemudahan kepada nasabah. Pun, pelatihan pendidikan ke karyawan pun juga bisa dilakukan secara daring, yang sudah pasti lebih hemat.

Rasio CIR PT Bank Mandiri Tbk juga menurun. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, per September 2020 posisi CIR Bank Mandiri ada di level 45,61%. Membaik dari level 43,84% pada periode yang sama tahun lalu.

Di tengah krisis ekonomi, sebagai dampak dari pandemi virus corona yang masih berlangsung, Bank Mandiri memang menerapkan strategi efisiensi biaya dengan fokus pada digitalisasi proses bisnis. Salah satu caranya dilakukan dengan pendekatan smart spending activity, berupa aktivitas pengeluaran biaya yang diprioritaskan untuk menghasilkan nilai tambah yang jelas.

“Kami juga lakukan optimalisasi produktivitas e-channel. Misalnya dengan terus meningkatkan kapasitas Mandiri Online,” terangnya. Terbukti berhasil, saat ini Mandiri Online telah diakses oleh 4,2 juta user aktif dan menghasilkan nilai transaksi yang tumbuh 42% year on year (yoy) mencapai Rp 739,6 triliun.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.





Source link

Gesekan kartu kredit belum kencang, perbankan cermati potensi NPL


ILUSTRASI. Kartu kredit

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren transaksi kartu kredit masih mencatat perlambatan di tengah pandemi Covid-19. Merujuk data Bank Indonesia (BI) realisasi kartu kredit sejak Januari hingga September 2020 tercatat sebesar Rp 180,6 triliun.

Walau terlihat besar, posisi itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi di akhir 2019 yang menyentuh Rp 342,68 triliun.

Bukan hanya transaksi yang melambat, pandemi juga membuat risiko non performing loan (NPL) pada bisnis kartu kredit meningkat. Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini hal tersebut.

Baca Juga: Ingin taruh dana di deposito? Perhatikan dulu hal-hal berikut ini

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, per September 2020 lalu mencatatkan NPL kartu kredit sebesar 3,55%. Walau tinggi, Direktur BCA Santoso Liem mengisyaratkan bahwa sejatinya tren tersebut terus menurun sejak bulan Juli 2020 sejalan dengan meningkat kembali penggunaan kartu kredit oleh konsumen.

Tren penurunan NPL tersebut tambah Santoso juga disebabkan meningkatnya kemampuan bank dalam memberikan solusi bagi pemegang kartu kredit yang memiliki potensi bermasalah dalam pembayaran kartu kredit akibat pandemi. “Misalnya dengan program konversi tagihan menjadi cicilan dengan bunga ringan bagi yang membutuhkan,” ujar Santoso, Minggu (15/11) malam.

Sebagai informasi saja, bisnis kartu kredit BCA memang tercatat mengalami perlambatan sebesar 18,5% secara year on year (yoy) dari Rp 13,41 triliun menjadi Rp 10,92 triliun. Meski begitu, secara kuartalan terjadi peningkatan sebesar 2,7% (qoq). Hal ini menjadi penanda bagi perseroan bahwa tren transaksi belanja di masyarakat mengarah ke level pemulihan.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.





Source link

Singapura akan berhenti terbitkan uang S$ 1.000, begini tanggapan BCA


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Singapura akan berhenti menerbitkan uang kertas pecahan 1.000 dolar Singapura per 1 Januari 2021. Langkah itu diambil oleh Monetary Authority of Singapore (MAS) guna mengurangi risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme.

PT Bank Central Asia Tbk menyatakan kebijakan ini tidak akan terlalu memberikan dampak signifikan pada bisnis money changer yang dijalani oleh BCA. Direktur BCA Santoso menyatakan denominasi uang kertas S$ 1.000 sudah tidak diberikan ijin impor untuk kebutuhan diluar Singapura.

“Hal itu sejak tahun 2018 oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS), sehingga denominasi uang kertas tersebut yang saat ini beredar dan di transaksikan di Indonesia merupakan uang yang beredar sebelum ketentuan tersebut diberlakukan,” ujar Santoso kepada Kontan.co.id pada Kamis (5/11).

Lanjtu Ia, kebijakan penghentian peredaran uang denominasi S$ 1.000 tersebut tidak berdampak terlalu signifikan terhadap perseroan. Walaupun permintaan untuk denominasi tersebut masih ada.

“Namun karena ketersediaannya sudah terbatas membuat frekuensi dan volumenya relatif tidak besar,” pungkas Santoso. Namun untuk saat ini hingga Desember 2020, uang kertas S$ 1.000 masih tersedia setiap bulan secara terbatas.

Baca Juga: Singapura akan berhenti terbitkan uang S$ 1.000, apa efeknya ke bisnis money changer?

“Ini adalah tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko pencucian uang dan pendanaan terorisme yang lebih tinggi terkait dengan uang kertas denominasi besar,” ujar MAS dikutip dari CAN.

MAS mencatat, uang kertas denominasi besar memungkinkan individu untuk membawa nilai uang yang besar secara anonim. “Langkah ini sejalan dengan norma-norma internasional dan yurisdiksi utama yang telah berhenti mengeluarkan uang kertas denominasi besar sehubungan dengan masalah pencucian uang dan pendanaan terorisme,” kata MAS.

Meski berhenti memproduksi, MAS menegaskan uang kertas senilai S$ 1.000 yang telah beredar tetap menjadi alat pembayaran yang sah. Uang pecahan tersebut dapat terus digunakan sebagai alat pembayaran.

Mengutip Businesstimes.com, bank tetap dapat mengedarkan uang kertas S$ 1.000 yang disimpannya. MAS menambahkan, untuk memenuhi permintaan, akan disediakan uang pecahan lain dalam jumlah yang cukup. Terutama uang kertas S$ 1.000, uang denominasi tertinggi setelah S$ 1.000. Masyarakat Singapura juga didorong menggunakan pembayaran elektronik, seperti PayNow dan FAST.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.





Source link

Yuk, intip siapa yang punya kinerja paling baik antara BNI, Mandiri dan BCA


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 memang membuat kemampuan bank mencetak laba semakin melemah. Tiga bank besar yang telah melaporkan kinerja di kuartal III 2020 yaitu PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) masing-masing mencatat penurunan laba.

Namun, kalau dibandingkan satu persatu, Bank BCA mencatatkan laba paling jumbo dengan penurunan paling rendah. Tercatat per September 2020 BCA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 20,03 triliun hanya turun tipis dari setahun sebelumnya sebesar Rp 20,92 triliun atau sebanyak 4,2% secara yoy.

Meski menurun, namun secara kuartalan, laba perseroan tumbuh signifikan 37,8% (qtq) menjadi Rp 7,79 triliun sepanjang kuartal III-2020. Sementara pada kuartal II-2020 laba bersih perseroan senilai Rp 5,65 triliun, dan Rp 6,58 triliun pada kuartal I-2020.

Baca Juga: Kinerja masih tertekan, ini rekomendasi saham-saham perbakan

Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja dalam paparan daring, Senin (26/10) mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa ekonomi nasional mulai mengalami pemulihan. “Kalau dilihat, kuartal II-2020 ekonomi nasional memang tengah berada pada titik nadir akibat pandemi. PSBB dilakukan secara ketat, ekonomi stagnan, distribusi barang dari Jakarta terhambat ke daerah. Masuk kuartal III-2020, PSBB diperlonggar, pada tahap ini ekonomi kembali menggeliat,” ungkap Jahja.

Ada beberapa hal yang membuat laba BCA tidak turun terlalu dalam. Pertama, dari pendapatan bunga bersih yang masih bisa naik 9% yoy menjadi Rp 40,8 triliun. Kemudian pendapatan non bunga masih tumbuh kendati tipis sebesar 3% yoy menjadi Rp 15,1 triliun.

Berbeda dengan BCA, dua bank BUMN BUKU IV mencatat penurunan laba cukup dalam. Bank BNI pada kuartal III 2020 mencatatkan laba bersih Rp 4,32 triliun, turun 63,9% yoy dari Rp 11,97 triliun di akhir September 2019.

Bila dirinci, penurunan ini tak terlepas dari perlambatan dari pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang terbilang stagnan di kuartal III 2020 menjadi Rp 26,64 triliun. Meski begitu pendapatan non bunga bank berlogo 46 ini masih cukup positif dengan kenaikan sebesar 7,2% secara yoy menjadi Rp 8,71 triliun.

Baca Juga: Bank Permata luncurkan Permata Net, apa itu?

Perlambatan perolehan pendapatan bunga itu juga membuat posisi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank BNI ikut menyusut 60 basis poin secara tahunan menjadi 4,3%. Akan tetapi, posisi tersebut sebenarnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi NIM BNI di tahun ini yang bakal ada di kisaran 3,7%-4,0% berdasarkan Presentasi Perusahaan di kuartal III 2020.

Perlambatan perolehan laba perseroan ini juga bisa disebabkan oleh meningkatnya mitigasi risiko perseroan. Tercermin dari coverage ratio yang naik signifikan dari 159,2% di September 2019 menjadi sebesar 206,9% di akhir September 2020 atau meningkat sebanyak 47,6%.

Wajar kalau BNI terus memupuk pencadangan yang cukup jumbo tahun ini. Sebab, kalau melihat posisi non performing loan (NPL) perseroan per kuartal III 2020 memang ada kenaikan cukup tinggi sebesar 1,8% menjadi 3,6%.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Source link

Aset BCA tembus Rp 1.000 triliun, ditopang DPK yang tumbuh signifikan


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) jadi bank ketiga di tanah air yang mencatat nilai aset lebih dari Rp 1.000 triliun. Sampai akhir September 2020, aset bank swasta terbesar di tanah air ini tercatat Rp 1.003,6 triliun tumbuh 12,3% (yoy).

Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja bilang, dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh signifikan jadi penopangnya.

“Pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid mendukung pertumbuhan aset BCA mencapai Rp 1.000 triliun lebih. DPK kami juga ditopang oleh dana murah atau CASA yang tumbuh 16,1% (yoy),” ujar Jahja dalam paparan kinerja daring, Senin (26/10).

Baca Juga: BCA catat laba Rp 20 triliun di kuartal III-2020, turun 4,2% dari kuartal III-2019

Sampai September 2020, BCA berhasil menghimpun DPK senilai Rp 780,7 triliun dengan pertumbuhan 14,3% (yoy). Dana murahnya terhimpun Rp 596,6 triliun atau 76,4% dari total DPK dengan pertumbuhan 16,1% (yoy). Sedangkan simpanan deposito tumbuh 8,8% (yoy) menjadi Rp 184,1 triliun

Dalam kesempatan serupa Direktur BCA Santoso Liem juga bilang pertumbuhan dana murah perseroan didukung oleh meningkatnya transaksi oleh nasabah secara digital.

BCA memproses sekitar 33 juta transaksi per hari selama sembilan bulan pertama tahun 2020, meningkat dari 26 juta transaksi per hari pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kami terus melihat perkembangan yang pesat pada jumlah transaksi melalui mobile dan internet banking,” ujar Santoso.

Baca Juga: Berpotensi jadi NPL, sekitar 11% debitur restrukturisasi Bank Mandiri berisiko tinggi

Pertumbuhan dana murah ditambahkan Santoso juga turut didukung oleh pembukaan rekening baru di BCA. Sampai September 2020, ia bilang setidaknya ada 6.700 pembukaan rekening baru tiap harinya.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Source link

BCA sudah merestrukturisasi kredit senilai Rp 107,9 triliun yang terimbas pandemi


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sampai 20 September 2020, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) telah merestrukturisasi kredit terimbas pandemi senilai Rp 79,3 triliun atau setara dari 14% portofolionya.

“BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi. Kami sangat bersyukur atas program relaksasi dari regulator yang membantu perbankan dan nasabah dalam melewati masa yang sulit untuk mencapai pemulihan,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja dalam paparan kinerja daring, Senin (26/10).

Adapun sampai pertengahan Oktober 2020, bank swasta terbesar di tanah air telah menerima permohonan restrukturisasi total Rp 107,9 triliun dari lebih 90.000 debiturnya.

Baca Juga: Selama Pandemi, Kebijakan Restrukturisasi Kredit Tetap Dibutuhkan

Diperinci, nilai restrukturisasi paling banyak berasal dari segmen produktif sebesar Rp 82,6 triliun dari 6.167 debitur. Sedangkan kredit konsumtif senilai Rp 25,3 triliun yang berasal dari 84.595 debitur.

Adapun sampai akhir tahun Jahja menaksir nilai restrukturisasi kredit terimbas pandemi bakal berkisar sampai 20% dari portofolio kredit perseroan. “Ini lebih baik dibandingkan proyeksi awal kami sebesar 30% dari portofolio kredit. Sampai Oktober 2020 saja realisasinya masih 19% dari portofolio,” lanjut Jahja.

Sementara sampai September 2020, penyaluran kredit perseroan juga belum mumpuni, pertumbuhannya masih negatif 0,6% (yoy) menjadi Rp 581,9 triliun.

Baca Juga: Maybank Indonesia telah lakukan restrukturisasi kredit sebesar Rp 15,8 triliun

Diperinci, cuma segmen korporasi yang masih mencatat pertumbuhan sampai 8,6% (yoy) menjadi 252,0 triliun. Segmen lain tercatat belum tumbuh, komersial dan UMKM negatif 4,9% (yoy), konsumer negatif 3,1% (yoy).

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Source link

Simak tiga fitur digital Bank BCA yang penting selama PSBB


ILUSTRASI. Penggunaan aplikasi perbankan digital.

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah situasi pandemi COVID-19 saat ini, kecanggihan teknologi menjadi sangat dimanfaatkan oleh masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berkomitmen melakukan transformasi digital dalam memberikan layanan perbankan. BCA terus menawarkan beragam kemudahan bagi nasabah dalam bertransaksi finansial, khususnya dalam menyongsong era new normal saat ini.

Bank BCA akan menghadirkan tiga fitur digital yang memudahkan nasabah di Tanah Air untuk bertransaksi finansial dengan mudah, aman, nyaman, dan cepat, urai Santoso, Direktur BCA.

Tiga fitur ini antara lain fitur QR di BCA mobile yang bisa digunakan nasabah untuk bayar transaksi belanja di merchant dengan pembayaran QRIS.

Baca Juga: PSBB Jakarta jilid 2 bakal menekan penyaluran KPR meski marak pameran virtual

QRIS merupakan jaringan pembayaran yang menggunakan QR Code dari BCA mobile dan berbagai aplikasi pembayaran dimana BCA turut mendukung pemerintah dengan penerapan cashless payment via QRIS.

Selain itu, QR di BCA mobile memudahkan nasabah untuk membayar belanja tanpa sentuhan di berbagai merchant yang bekerja sama dengan BCA.

Fitur kedua adalah Tarik Tunai Tanpa Kartu (Cardless) di BCA mobile yang memungkinkan pengguna untuk menarik uang tunai tanpa kartu ATM. Biasanya dompet tertinggal dan situasi mendesak harus transaksi dengan uang tunai, nasabah cukup mengakses fitur Cardless di BCA mobile dan dapat dengan mudah menarik uang tanpa kartu di ATM BCA.

Fitur ini mendukung nasabah di era new normal yang mengharuskan untuk meminimalisir kontak fisik pada benda atau yang lainnya, tambah Santoso.

Baca Juga: Tak perlu khawatir, perbankan pastikan layanan nasabah aman meski ada PSBB di DKI

Fitur ketiga dan yang terbaru dari BCA adalah Debit Online, fitur yang mempermudah nasabah dalam melakukan pembayaran transaksi online. Uniknya, fitur Debit Online BCA ini memberikan keleluasaan nasabah dalam mengatur transaksi online melalui BCA mobile.

Fitur terbaru ini memberikan dua keuntungan sekaligus bagi nasabah yakni kemudahan kontrol transaksi dan tanpa batas.
Nasabah dapat mengaktifkan atau menonaktifkan transaksi, nasabah dapat mengatur limit dan blokir di BCA mobile.

Selain itu, fitur ini memungkinkan nasabah untuk menggunakannya sebagai metode pembayaran online baik di dalam maupun luar negeri. Fitur ini juga dapat digunakan berbelanja di seluruh platform e-commerce, toko online, dan layanan online yang menerima pembayaran dengan kartu Mastercard.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Source link

Hari Pelanggan Nasional, BCA terus hadirkan inovasi layanan bagi nasabah


ILUSTRASI. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan September menjadi momen istimewa bagi perusahaan/institusi dalam merayakan Hari Pelanggan Nasional, momen untuk mengapresiasi loyalitas pelanggan. Momen Hari Pelanggan Nasional menjadi pendorong semangat PT Bank Cental Asia Tbk (BCA) untuk terus menciptakan produk dan layanan berkualitas kepada nasabah yang tersebar di Tanah Air.

Pada akhir Juni 2020, BCA tercatat melayani 22,5 juta rekening nasabah dan memproses sekitar 30 juta transaksi setiap harinya didukung oleh 1.251 kantor cabang, 17.360 ATM, serta layanan internet & mobile banking dan contact center Halo BCA yang dapat diakses 24 jam.

Baca Juga: NIM perbankan anjlok gara-gara dua faktor ini, apa itu?

“Di Hari Pelanggan Nasional kali ini terasa berbeda dari tahun sebelumnya, biasanya kami menyapa nasabah di beberapa kantor cabang secara langsung, tahun ini kami tidak dapat menyapa secara langsung karena situasi pandemi Covid-19. Namun kami yakin bahwa rasa kebersamaan tetap terasa melalui komitmen kami untuk memberikan pelayanan perbankan secara optimal kepada nasabah di Tanah Air,” urai Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Minggu (6/9).

Jahja menambahkan, lebih dari 63 tahun BCA telah memberikan layanan transaksi finansial kepada nasabah dan kami menyadari bahwa kesetiaan nasabah menjadi salah satu kunci utama kesuksesan kami. Di tengah perkembangan era digital saat ini, penting bagi sebuah perusahaan untuk terus membangun inovasi yang diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat.

BCA senantiasa membangun inovasi terbaru dari segi produk dan layanan sehingga dapat mengimbangi kebutuhan nasabah di tengah tren digitalisasi yang saat ini berkembang. Sekitar 98% transaksi di BCA saat ini berlangsung secara digital.

Baca Juga: NIM perbankan melorot saat pandemi corona, ternyata ini pemicunya

BCA mencatatkan nilai transaksi mobile banking BCA tercatat mengalami pertumbuhan mencapai 30,4% YoY dan internet banking BCA tercatat tumbuh 5,7% YoY per semester I/2020.

Di masa pandemi Covid-19 ini, kami terus melakukan berbagai inisiatif pengembangan digital channel yang kami miliki untuk mendukung #BankingFromHome, kemudahan bertransaksi tanpa keluar rumah.

Jika tetap membutuhkan layanan cabang, Kantor Cabang BCA tetap beroperasi, dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk nasabah dan karyawan seperti wajib menggunakan masker, jaga jarak, cek suhu, dan melakukan sanitasi terhadap sarana dan infrastruktur di kantor cabang.

“Momentum Hari Pelanggan Nasional ini juga menjadi kesempatan untuk memotivasi seluruh karyawan agar dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan nasabah,” terang Jahja.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.





Source link