Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mega Tbk berhasil meraih CNBC Indonesia Award: The Most Inspiring Banks untuk kategori The Most Profitable Bank.
Penghargaan ini diberikan kepada Bank Mega karena berhasil mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan di tengah pandemi Covid-19 yang membuat bank lain mencatatkan penurunan laba.
Digelar secara virtual, penganugerahan penghargaan ini diterima oleh Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib, Jumat (20/11/2020).
Dalam Riset dari Tim CNBC Indonesia, Bank Mega yang dinahkodai Kostaman Thayib tidak mencatatkan pelambatan kinerja seperti yang dialami oleh industri perbankan. Penyaluran kredit Bank Mega justru tumbuh 4,7% menjadi Rp 50,5 triliun, atau melampaui kinerja kredit bank sejenis, yang justru minus 4,4%.
NPL masih terjaga di angka 1,4% sehingga PBT bank bermodal Rp 15,4 triliun ini melompat 27,7% menjadi Rp 2,2 triliun, alias bertambah Rp 479 miliar secara tahunan. Laba bersih pun meningkat 28,6% menjadi Rp 1,8 triliun.
Kinerja positif tersebut sejalan dengan pergerakan harga saham perseroan di bursa yang sepanjang tahun berjalan cenderung menguat, yakni 12,6%. Padahal, rata-rata saham bank pada periode yang sama tertekan oleh aksi jual pemodal karena tekanan laba bersih mereka. Hal ini menunjukkan bahwa investor menilai value saham tersebut terjaga meski di tengah pandemi.
Dengan demikian, investor berpeluang mendapatkan pengembalian atau return dari dua pos, kenaikan harga saham (capital gain) dan dividen dari laba bersih perseroan jika rapat umum pemegang saham menyetujuinya. Pada Maret lalu sebelum pandemi merebak, Bank Mega telah membagikan dividen tunai senilai Rp 143,8 per saham.
Rasio Profitabilitas Terkuat di Industri
Kenaikan laba tersebut terjadi seiring dengan terjaganya Net Interest Margin (NIM) Bank Mega, yakni sebesar 4,57% atau berada di atas rata-rata bank buku III (bermodal antara Rp 5 triliun- Rp 30 triliun) yang hanya di level 3,83%.
Dua rasio profitabilitas Bank Mega lainnya juga menjadi yang teratas, membuktikan kemampuan perseroan memanfaatkan aset dan ekuitasnya, dengan pengembalian aset (return on asset/ROA) kuartal III-2020 sebesar 2,9%, jauh lebih baik dari capaian industri.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) terbaru (per Agustus), ROA perbankan nasional hanya di level 1,9%. ROA bank Mega itu juga menjadi tertinggi di antara bank sekelasnya (bank umum konvensional buku III non-BPD) yang berada di level 0,98%.
ROA yang tinggi menunjukan bahwa bank lebih efektif dan lebih produktif mengelola asetnya untuk beroleh laba. Di industri perbankan yang mana aset utamanya adalah dana cair/likuiditas, ROA menjadi acuan terpenting melihat keberhasilan bank memutar dana yang dikelolanya.
Keunggulan Bank Mega juga terlihat dari rasio profabilitas kedua, yakni pengembalian ekuitas (return on equity/ROE). ROE Bank Mega juga menjadi yang tertinggi, yakni di angka 15,67%, manakala ROE bank sejenis (bank umum konvensional buku III non-BPD) hanya sebesar 5,56%.
Efisiensi menjadi faktor pendukung profitabilitas perseroan, dengan rasio beban operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO) hanya 71% atau turun dari September lalu (74,8%). Angka tersebut mendekati kisaran ideal yang dipatok Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di level 70%.
Angka tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan dengan rerata industri yang menurut data terbaru OJK (per Agustus) berada di level 85%. Bahkan jika dibandingkan dengan bank sejenis, yang sebesar 89,6%, rasio efiesiensi Bank Mega tersebut jauh lebih baik.
Di tengah kondisi di mana bank buku IV (bermodal di atas Rp 30 triliun) tak satupun yang membukukan peningkatan laba bersih (per September 2020), dan sebaliknya turun rata-rata 29,8%, lonjakan laba bersih Bank Mega sebesar 28,6% itu pun mencuri perhatian.
(dob/dob)