fbpx

Meski Naik Tipis, Harga Batu Bara di Level Tertinggi 7 Bulan



Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menguat di pekan ini. Meski tidak terlalu besar tetapi sudah cukup membawanya ke level tertinggi dalam lebih dari 7 bulan terakhir.

Melansir data Refinitiv, harga batu bara acuan ICE Newcastle naik 0,4% ke US$ 62,6/ton. Pada Kamis (12/11/2020), batu bara menyentuh level US$ 62,65/ton yang merupakan level tertinggi sejak 2 April lalu.

Kenaikan harga batu bara di pekan ini terjadi setelah setelah adanya kabar vaksin virus corona dari Pfizer.


Perusahaan farmasi asal AS tersebut berkolaborasi dengan BioNTech asal Jerman, dan mengumumkan vaksin buatanya efektif menangkal penyakit akibat virus corona (Covid-19) hingga lebih dari 90% tanpa efek samping yang berbahaya.

Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan perkembangan terakhir tersebut menjadi hari yang indah bagi ilmu pengetahuan dan kemanusiaan. Efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman.

“Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19,” Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla dalam pernyataannya, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (9/11/2020).


Vaksin dapat membuat hidup kembali normal, roda bisnis berputar, dan perekonomian dunia bangkit, sehingga permintaan akan batu bara berpotensi meningkat.
Kabar baik juga datang dari dunia barat yakni Amerika Serikat (AS). Lembaga pemerintah AS (EIA) memprediksi sektor tenaga listrik AS bakal mengkonsumsi 546 juta ton (495 juta metrik ton) batu bara pada tahun 2021, naik dari yang diharapkan 443 juta tahun ini.

Badan tersebut menaikkan perkiraan pembakaran batu bara tahun 2020 dan 2021 masing-masing sebesar 10 juta ton dan 24 juta ton dibandingkan dengan laporan bulan lalu. Pangsa batu bara dari total pembangkitan di AS diharapkan naik menjadi 25% pada 2021 dari 20% tahun ini.

Ke depan, seiring dengan masuknya musim dingin dan penetapan baru kebijakan kuota impor berpotensi akan membuat harga terdongkrak.

“Dalam jangka menengah, kami masih berpersepsi positif terhadap harga batu bara. Permintaan global lambat laun akan meningkat, yang dibarengi dengan pengurangan produksi, akan menyeimbangkan harga,” sebut Toby Hassel, Analis Refinitiv.

Selain itu, tren kenaikan harga batu bara dimulai sejak September lalu akibat spekulasi China bakal melonggarkan kebijakan kuota impornya

Impor batu bara China hampir turun setengahnya pada Oktober dari tahun lalu. Perlambatan pembelian juga terjadi ketika negara itu mendekati kuota impor informal. Tersiar kabar bahwa pihak berwenang menginstruksikan pedagang dan pengguna batu bara untuk mempertahankan total impor tahun 2020 di sekitar level 2019.

Tujuannya adalah untuk menopang industri batu bara domestik yang sempat terkapar akibat pandemi Covid-19. Namun akibat kebijakan ini dan dibarengi dengan ketatnya pasokan membuat harga batu bara lokal China melambung tinggi melampaui target rentang harga yang sudah ditetapkan pemerintah.

Harga batu bara termal Qinhuangdao masih kokoh bertengger di atas RMB 610/ton. Padahal rentang harga yang ditetapkan oleh otoritas China berada di kisaran RMB 500 - RMB 570 per ton.

Dalam kondisi normal tingginya harga batu bara domestik akan membuat para pedagang dan sektor industri lebih memilih mengimpor batu bara dari luar.

Spekulasi China akan melonggarkan kuota impor tersebut menjadi awal bangkitnya harga batu bara.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)




Source link

Batu Bara Tak Laku 20 Tahun Lagi, Penambang Bakal Jadi Apa?



Jakarta, CNBC Indonesia - Gencarnya kampanye transisi energi baru terbarukan guna memerangi dampak perubahan iklim akan berdampak pada pelemahan permintaan batu bara global ke depannya. Bahkan, dalam 20 tahun mendatang diperkirakan batu bara tak akan laku lagi.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin memperkirakan dalam 20-30 tahun mendatang batu bara tak ada peminatnya lagi, sehingga perusahaan batu bara, termasuk perseroan, harus bersiap diri untuk memanfaatkan batu bara menjadi nilai tambah terlebih dahulu, tidak hanya menggali dan menjual batu bara mentah.


Saat ini PTBA bahkan memiliki cadangan batu bara sampai 3,3 miliar ton. Bila ini tidak segera diangkut dan tidak dimanfaatkan, maka ini akan menjadi sia-sia.

“Peningkatan pengangkutan, deposit mencapai 3,3 miliar ton, kalau tidak diangkut dalam 20-30 tahun lagi tidak ada yang pakai batu bara, sehingga harus segera dimanfaatkan. Ini pentingnya harus ditingkatkan pengangkutan,” kata Arviyan dalam konferensi pers virtual, Jumat (06/11/2020).

Guna memanfaatkan batu bara dan permintaan batu bara masih tinggi di masa depan, kini perseroan tengah mempersiapkan diri untuk mentransformasikan bisnisnya bukan hanya menjadi penambang dan penjual batu bara, tapi juga melakukan hilirisasi industri batu bara.

Salah satu bentuk pemanfaatan batu bara perseroan yakni dengan membangun dan mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang. Langkah ini sudah dimulai perusahaan dengan membangun PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2×620 mega watt.

PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.

Adapun kemajuan pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara ini telah mencapai sebesar 55%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal pertama 2022.

Selain melalui pembangunan PLTU mulut tambang, perseroan juga berencana mengembangkan proyek gasifikasi batu bara yang pembangunannya akan dimulai tahun depan. Proyek gasifikasi ini akan mengubah batu bara berkalori rendah menjadi dimethyl ether (DME) yang bisa digunakan untuk menggantikan LPG atau produk turunan dari bahan baku pupuk hingga pakaian.

“Ini ke depan 30, 40, 50 tahun lagi di Tanjung Enim akan berdiri industri petrokimia, bukan batu bara, tapi bahan baku utamanya batu bara. Sumber dayanya 8 miliar ton, kalau itu, kita bisa jadi independent dari crude oil,” jelas dia.

Tak hanya hilirisasi batu bara, PTBA bahkan berencana memasuki sektor energi baru terbarukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di kawasan bekas galian tambang dan lainnya.

“Jadi itu visi, tidak cuma gali dan angkut tapi sudah transformasi beyond coal,” tandasnya.

[Gambas:Video CNBC]

(wia)




Source link

Cuan, Cuan, Cuan! Harga Batu Bara ‘Lompat’ Nyaris 7% Sepekan


Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara menguat signifikan sepanjang pekan ini (2-6 November). Harga di batu hitam berhasil menembus level psikologis US$ 60/ton.

Minggu ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) melesat 6,75% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, harga komoditas ini ditutup di US$ 62,35/barel.



Impor batu bara China yang anjlok pada Oktober mulai kembali naik bulan ini. Pada Oktober, impor batu bara China tercatat 11,3 juta ton, turun hingga 5,04 juta ton dibandingkan September.

Namun pada November, sejauh ini impor sudah 11,63 juta ton, sudah di atas Oktober. Masih ada sisa waktu lebih dari setengah bulan, artinya ada peluang impor bisa naik lagi.


coalSumber: Refinitiv

Sementara di India, permintaan batu bara pun naga-naganya bakal naik. Hingga akhir pekan ini, impor batu bara Negeri Bollywood adalah 13,22 juta ton. Pada akhir bulan, kemungkinan bisa melampaui pencapaian bulan lalu yaitu 17,93 juta ton.


coalSumber: Refinitiv

“Dalam jangka menengah, kami masih berpersepsi positif terhadap harga batu bara. Permintaan global lambat laun akan meningkat, yang dibarengi dengan pengurangan produksi, akan menyeimbangkan harga,” sebut Toby Hassel, Analis Refinitiv.

Kenaikan harga batu bara, jika bertahan lama, akan berdampak positif buat Indonesia. Pasalnya, batu bara adalah salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia.

Pada Januari-Agustus 2020, nilai ekspor batu bara nasional mencapai US$ 9,89 miliar. Hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO).


coalSumber: Badan Pusat Statistik

Sepanjang kuartal III-2020, harga baru bara meroket 15,82% point-to-point. Hasilnya, kinerja industri batu bara membaik meski masih tumbuh negatif alias terkontraksi.

Pada kuartal III-2020, pertumbuhan industri batu bara adalah -7,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang -10,31%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)




Source link

Bukit Asam Siapkan Program Hilirisasi Batu Bara



Jakarta, CNN Indonesia —

PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA memprediksi penggunaan batu bara akan terus menyusut hingga tak terpakai lagi dalam 20 hingga 30 tahun ke depan. Untuk itu perseroan sudah menyiapkan sejumlah strategi pengembangan usaha dan mulai bertransformasi dari hanya menjual batu bara untuk pembangkit listrik menuju hilirisasi.

“Kami sebut transformasi Bukit Asam menuju beyond coal. Bersama kami tidak hanya menggali, mengangkut dan menjual batu bara, tapi kami olah sehingga mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi,” ujar Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dalam video conferece Jumat (6/11).

Nantinya, terang Arviyan, PTBA tak akan lagi menjual batu bara ke daerah lain dengan cara mengangkutnya menggunakan kapal-kapal besar melainkan mengolahnya langsung di dekat lokasi tambang atau menggunakannya untuk bahan bakar pembangkit listrik yang akan dijual ke masyarakat.







Kemudian, PTBA akan melakukan gasifikasi batubara yang dapat menghasilkan gas sintetis atau syngas. ” Begitu dia jadi gas kita sebut dengan syngas ini kita bisa olah jadi macam-macam,” ucap Arviyan.

Selanjutnya syngas akan diolah menjadi metanol untuk selanjutnya diubah menjadi Dimethyl Ehter (DME). Arviyan menjelaskan bahwa DME dapat menjadi alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG) yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari.

“Kalau ini diambil dari batu bara yang jumlahnya sangat banyak, kita bisa kurangi impor. Kemudian kita ubah lagi menjadi metanol, menjadi produk petrochemical. Kalau sudah busa jadi polypropylene bisa lagi menjadi baju, tekstil, pakaian dan benang itu bahannya dari batu bara. Di China itu sudah dari batu bara,” sebutnya.

[Gambas:Video CNN]

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Usaha PTBA Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin memaparkan dalam waktu dekat PTBA juga memulai tranformasi bisnis dengan cara membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Proyek yang kini sudah berjalan dan akan diperluas adalah pembangunan PLTS di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II.

“Kami merencanakan untuk mengembangkan PLTS di seluruh bandara Angkasa Pura II. Kam baru bekerjasama dengan AP II dan saat ini Alhamdulillah telah berhasil mengembangkan dengan skala kecil terlebih dahulu di bandara Soekarno-Hatta. Ini sudah commercial operation date,” ucapnya.

PTBA akan melanjutkan proyek tersebut dan mempersiapkan belanja modal atau capital expediture (capex) khusus. “Kami sedang dibicarakan lebih detail dengan APII karena ada beberapa prioritas prioritas bandara yang akan didahulukan karena APII juga punya visi bagaimana membangun green airport,” terang Fuad.

Selain bandara, PTBA juga akan membangun PLTS di seluruh lahan pasca tambang yang mereka miliki. Proyek pertama akan dimulai di Ombilin, Sumatera Barat.

“Lahan yang kami sediakan itu sampai dengan 200 megawatt dan kami akan mulai kapasitas awalnya 100 megawatt dan kami sudah membicarakan juga dengan PLN dan mudah-mudahan semoga nanti dia di tahun 2023 selambat-lambatnya ini bisa terealisasi,” tandasnya.

(hrf/agt)






Source link

Ada Insentif Royalti 0%, Konsumsi Batu Bara di RI Bakal Naik



Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur & Corporate Secretary PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava Merasa konsumsi batu bara untuk kebutuhan domestik akan setara dengan kebutuhan ekspor.

“Sehingga semakin banyak batu bara yang tersedia untuk domestik,” ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (27/10/2020).

Selanjutnya dirinya menyambut baik inisiatif pemerintah untuk memberikan nilai tambah akan batu bara dan mengurangi ketergantungan pada impor dan itu menjadi prioritas BUMI selama ini.


“Seperti diketahui konsumsi batubara dalam negeri berkisar antara 20% -25% dari total produksi. Oleh karena itu, secara historis Indonesia mengekspor antara 75% hingga 84% batubara yang diproduksinya. Kami berbesar hati dengan aturan omnibus yang sedang kami pelajari dan bagaimana tindakan tersebut mendorong penggunaan batu bara untuk proyek nilai tambah domestik,” jelasnya.

Kebijakan hilirisasi batu bara telah dikeluarkan oleh pemerintah melalui omnibus law UU Cipta Kerja. Aturan tersebut menegaskan bahwa batu bara akan dikenakan royalti 0% bila dilakukan upaya hilirisasi seperti gasifikasi.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk benar-benar serius mengakhiri era ekspor komoditas strategis berbahan mentah. Kepala negara ingin agar barang yang diekspor memiliki nilai tambah terlebih dahulu.

Hal tersebut terungkap saat Jokowi memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan percepatan peningkatan nilai tambah batu bara melalui video conference di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat.

“Kita sudah lama sekali mengekspor batu bara mentah ini. Saya kira memang harus segera diakhiri,” kata Jokowi, Jumat (23/10/2020).

Di depan jajaran menteri, Jokowi mengingatkan jajarannya untuk menggeser Indonesia dari negara pengekspor komoditas bahan mentah menjadi bahan jadi yang bisa meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian.

“Kita semua harus bergeser dari negara pengekspor bahan mentah dan salah satunya adalah batu bara menjadi negara industri yang mampu mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi,” kata Jokowi.

Jokowi menekankan strategi besar tersebut harus secara konsisten dijalankan. Pemerintah, kata dia, juga akan mengembangkan industri turunan batu bara agar bisa memiliki nilai tambah.

“Untuk itu, kita harus bergerak ke pengembangan industri turunan batu bara, mulai dari industri peningkatan mutu upgrading, pembuatan briket batu bara, pembuatan kokas, pencairan batu bara, gasifikasi batu bara sampai dengan campuran batu bara cair,” tuturnya.

“Saya yakin dengan mengembangkan industri turunan batu bara ini, saya yakin dapat meningkatkan nilai tambah komoditas berkali-kali lipat, mengurangi core bahan baku yang dibutuhkan industri dalam negeri seperti industri baja, industri petrokimia,” katanya.

Jokowi lantas meminta peta jalan optimalisasi batu bara dalam negeri secara utuh. Peta jalan ini diperlukan, agar percepatan pengembangan industri batu bara domestik dapat segera dilakukan.

“Saya minta road map optimalisasi batu bara dalam negeri betul-betul dipercepat dengan penerapan teknologi yang ramah lingkungan. Tentukan strategi, tentukan produk hilir yang ingin kita kembangkan sehingga jelas jalan mana yang akan kita tuju,” katanya.

[Gambas:Video CNBC]

(dob/dob)




Source link

Hilirisasi Jadi Peluang Baru di Bisnis Batu Bara


Jakarta, CNBC Indonesia- Hilirisasi disebut Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli sebagai kewajiban yang harus dilakukan industri pertambangan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan produk dalam negeri, menjaga kelangsungan bisnis sekaligus memberikan nilai tambah bagi sektor pertambangan.

Rizal juga menyebutkan bahwa hilirisasi batu bara sudah berlangsung dan menghasilkan produk baru, mulai dari dimethyl ether (DME), methanol hingga semi kokas. Dimana produk ini merupakan komoditas substitusi impor sehingga bisa menjadi peluang baru bagi industri batu bara.

Selengkapnya saksikan dialog Maria Katarina dengan Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi), Rizal Kasli dalam Closing Bell, CNBC Indonesia (Rabu, 16/09/2020)




Source link

Jual 41,2 MT, Pendapatan BUMI Tembus US$ 1,97 M di Semester I


Jakarta, CNBC Indonesia- Di Tengah Pandemi Covid-19, produsen batu bara terbesar di Indonesia PT Bumi Resources Tbk (BUMI) meraih pendapatan US$ 1,97 miliar pada periode semester I-2020. Pendapatan tersebut menurun dibandingkan setahun sebelumnya yang tercatat US$ 2,27 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan hari ini, beban pokok pendapatan BUMI ikut menurun 7% menjadi US$ 1,73 miliar. Sementara itu beban usaha turun 3% menjadi US$ 105,4 juta.

Secara keseluruhan BUMI mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan ke entitas induk (rugi bersih) sebesar US$ 86,1 juta. Hal itu berbeda dengan setahun sebelumnya yang tercatat masih untuk mencetak laba US$ 80,7 juta.


Direktur & Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menjelaskan faktor yang menyebabkan rugi adalah harga batu bara yang mengalami penurunan tajam pada semester I-2020.

Realisasi harga penjualan batu bara mengalami penurunan sebesar 12% ke level US$ 46,9/ton setahun sebelumnya US$ 53,2/ton

“Karena permintaan batubara yang tidak stabil dari Cina, India, dan sebagian besar Asia. Hal ini dipicu oleh Pandemi Covid19 sebagai faktor penyebab utama,” ujarnya Senin (31/8/2020).

Meski demikian dia mengatakan volume penjualan BUMI masih stabil di angka 41,2 metrik ton pada semester I-2020.

Lebih rinci penjualan anak usaha Kaltim Prima Coal sebesar 29,5 MT atau mengalami penurunan 2% dibandingkan setahun lalu. Sementara itu penjualan dari Arutmin sebesar 11,6 MT atau meningkat sebesar 2% YOY.

“Meski ketidakpastian pasar masih membebani harga batubara dalam jangka pendek, Perseroan berkeyakinan bahwa ke depannya industri batubara akan terus berkembang, terutama dengan pengembangan proyek-proyek hilirisasi batubara dalam jangka menengah,” ujar Dileep.

Dia menambahkan perseroan memproyeksi produksi batu bara pada tahun ini sebesar 85 MT sampai 89 MT.

[Gambas:Video CNBC]

(dob/dob)




Source link

Demand Belum Membaik, Industri Batu Bara Butuh Relaksasi Ini


Jakarta, CNBC Indonesia- Pelaku industri batu bara disebut Acting Head of Research RHB Sekuritas, Andrey Wijaya, sangat membutuhkan relaksasi dalam menghadapi anjloknya harga batu bara yang telah mencapai 23% (yoy). Menurut Andre, demand batu bara RI yang mayoritas datang dari China, India, Jepang, Korea dan Asia Tenggara tengah mengalami pelemahan akibat pandemi, dimana hal ini juga senada dengan permintaan domestik yang melemah. Diperkirakan permintaan akan membaik di 2021 dengan syarat perekonomian sudah membaik.

seperti apa daya tahan industri hadapi kejatuhan harga batu bara? Selengkapnya saksikan Maria Katarina dengan Acting Head of Research RHB Sekuritas, Andrey Wijaya dalam Closing Bell, CNBC Indonesia (Rabu, 26/08/2020).




Source link