fbpx

Pertalite Seharga Premium Rp6.450 di Jakarta Berlaku 2 Bulan



Jakarta, CNN Indonesia —

PT Pertamina (Persero) menyatakan pemberlakuan harga Pertalite setara Premium Rp6.450 per liter di sejumlah SPBU wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara hanya akan berlaku 2 bulan.

Unit Manager Communication, Relation & CSR Marketing Operation Region III Pertamina Eko Kristiawan menyatakan harga diskon itu bagian dari Program Langit Biru (PLB). Nantinya, program akan dievaluasi untuk menentukan apakah program akan tetap dilanjutkan atau tidak.

“Akan ada evaluasi setelah berjalan dua bulan,” ucap Eko saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (16/11).







Eko menegaskan jangka waktu dua bulan penerapan PLB di Jakarta Pusat dan Utara dihitung mulai 15 November 2020. Artinya sekitar 15 Januari 2021 program tersebut akan berakhir.

Ia melanjutkan Pertalite Harga Khusus merupakan upaya edukasi dan promosi yang juga merupakan bentuk dukungan kepada Pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yang perlu menjadi perhatian seluruh pihak.

Upaya mengurangi pencemaran udara, dapat dilakukan melalui pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor. Salah satunya dengan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih berkualitas dan ramah lingkungan.

Eko menjelaskan, BBM yang lebih berkualitas memiliki kadar oktan (Research Octane Number/RON) tinggi, sehingga lebih ramah lingkungan karena rendah emisi.

Selain itu, BBM yang lebih berkualitas akan berdampak positif terhadap performa kendaraan serta lebih irit konsumsi BBM karena pembakaran di ruang mesin lebih sempurna. Karenanya, Pertamina terus mendorong penggunaan produk BBM berkualitas yakni Pertalite dengan RON 90, Pertamax RON 92 dan Pertamax Turbo RON 98.

Sebagai informasi, melalui PLB, konsumen dapat merasakan performa Pertalite dengan harga Rp6.450 per liter, lebih rendah Rp1.200 dari harga normal Pertalite yaitu Rp 7.650. PLB sendiri berlaku untuk konsumen kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, angkutan umum kota (angkot) serta taksi plat kuning.

“Selain kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga, Pertamina juga menyasar angkot dan taksi plat kuning yang merupakan transportasi publik, sehingga diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan beralih ke bahan bakar berkualitas.

“Dengan harga khusus, kami mengajak pengendara ini mendapatkan customer experience, bahwa dengan BBM berkualitas mesin kendaraannya lebih awet dan bertenaga,” jelas Eko.

Eko menambahkan, di Kota Jakarta Pusat, terdapat 11 SPBU yang melayani Pertalite harga khusus ini mulai Minggu (15/11). Sedangkan di wilayah Kota Jakata Utara, terdapat 18 SPBU.

“Konsumen dapat mengenali SPBU yang melayani promo tersebut, melalui spanduk yang terpasang pada totem SPBU. SPBU tersebut siaga melayani masyarakat yang ingin menikmati BBM berkualitas dan lebih ramah lingkungan,” imbuhnya.

Lebih lanjut Eko menjelaskan, meski menggelar promo, Pertamina tetap menyediakan Premium di wilayah Provinsi DKI Jakarta, termasuk Kota Jakarta Pusat dan Kota Jakarta Utara.

“Berdasarkan penugasan dari Pemerintah, saat ini Pertamina masih menyalurkan dan menyediakan Premium. Untuk itu masyarakat tidak perlu khawatir,” ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

(hrf/sfr)






Source link

Pertamina Uji Coba Produksi Green Diesel Akhir November



Jakarta, CNN Indonesia —

PT Pertamina (Persero) melalui Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah akan menguji coba produksi Green Diesel. Mereka menargetkan bisa melakukan itu pada akhir November 2020.

Produk dengan kode D-100 atau Green Diesel 100 persen ini adalah salah satu dari tiga produk ramah lingkungan yang dikembangkan RU IV Cilacap dengan bahan dasar minyak sawit jenis refined bleached deodorized palm oil (RBDPO).

Unit Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina RU IV Cilacap Hatim Ilwan menyatakan untuk mencapai target itu Pertamina sedang menyiapkan sarana dan fasilitas uji coba. Persiapan ditargetkan selesai pada pekan ketiga November 2020.







“Tahapan diawali persiapan sarana penerimaan RBDPO melalui Jetty 67 (dermaga) menuju tangki RBDPO. Dilanjutkan persiapan sarana feed stock RBDPO ke unit pemrosesan di Unit TDHT (Treated Distillate Hydro Treating) untuk diolah menjadi Green Diesel,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/11).

Hatim menambahkan setelah proses itu selesai, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan sarana produksi di unit TDHT, berupa penggunaan katalis Merah Putih sebagai hasil kerja sama Pertamina dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), serta modifikasi line dan sarana.

“Tahap persiapan ditargetkan selesai pada pekan ketiga, sehingga pada pekan keempat November diharapkan uji coba produksi Green Diesel ini bisa dilaksanakan,” katanya.

[Gambas:Video CNN]

Ia menambahkan pada tahap uji coba, kapasitas produksi D-100 di unit TDHT ditargetkan sebanyak 3.000 barel per hari (MBSD).

“Hal ini diharapkan memberikan efek positif yang lebih luas, seperti pemanfaatan sumber energi dari dalam negeri sebagaimana amanat undang-undang dan pada akhirnya menekan impor crude (minyak mentah) yang bersumber dari energi fosil,” jelasnya.

Lebih jauh, Hatim mengungkapkan RU IV Cilacap saat ini mengembangkan tiga produk green energy yakni Green Diesel, Green Gasoline, dan Green Avtur.

Untuk fase 1 produk Green Diesel diharapkan menjadi kado terbaik HUT Pertamina Ke-63 pada 10 Desember 2020.

(Antara/agt)






Source link

BBM Premium Dihapus Mulai 2021, Ini Penjelasan Pertamina


TEMPO.CO, Jakarta - Mulai 1 Januari 2021, BBM jenis premium (RON 88) tidak akan tersedia lagi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU di Jawa, Madura, dan Bali. Kabar ini datang dari Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan, Kementerian Lingkugan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah.

Menanggapi hal tersebut, PT Pertamina (Persero) hanya mengatakan mereka mendukung upaya pemerintah menciptakan udara yang bersih dan sehat. Salah satunya dengan mendorong penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan, dalam Program Langit Biru.

“Kebijakan penyaluran premium merupakan kewenangan pemerintah,” kata Pjs VP Corporate Communication Pertamina, Heppy Wulansari dalam keterangan di Jakarta, Sabtu, 14 November 2020.

Sebenarnya, kabar soal penghapusan premium ini sudah beredar sejak beberapa tahun lalu, tapi tak kunjung diketahui tanggal pasti pelaksanannya. Dari data Pertamina, hanya Indonesia saja yang masih menggunakan premium di antara beberapa negara di Asia.

Padahal, sudah Peraturan Menteri KLHK Nomor 20 Tahun 2017 yang mensyaratkan minimal penggunaan yaitu RON 91. Selain itu jika mengacu pada aturan ini, sebenarnya bukan hanya premium yang harus dihapus, tapi juga pertalie (RON 90).





Source link

Status Siaga Merapi, Pertamina Siapkan Jalur Alternatif Distribusi BBM dan LPG


TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Regional(MOR) Jawa Bagian Tengah (JBT) menyampaikan kesiapsiagaannya dalam menjalankan operasional penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan LPG di SPBU maupun agen.

Pertamina telah menyiapkan sejumlah jalur alternatif bila jalur reguler distribusi BBM dan LPG tidak bisa dilalui saat terjadi erupsi Gunung Merapi.

“Setidaknya 19 SPBU dan 7 agen LPG yang berada di sekitar kawasan Gunung Merapi dalam radius 25 KM sudah kami siagakan dan lakukan tindakan mitigasi. Untuk itu masyarakat tidak perlu khawatir terhadap pasokan BBM dan LPG, namun tetap bersiaga terhadap antisipasi letusan Gunung Merapi,” kata pejabat sementara (Pjs.) Unit Manager Communication, Relations, & CSR MOR JBT Marthia Mulia Asri dalam keterangan tertulis, Sabtu, 7 November 2020.

Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta menetapkan status Gunung Merapi menjadi tingkat Siaga (Level III) pada 5 November 2020 sejak pukul 12:00 WIB. Sejumlah masyarakat yang berada di sekitar kawasan Gunung Merapi dievakuasi untuk mengantisipasi adanya letusan Gunung Merapi ke arah pemukiman.

Marthia mengatakan akan terus memantau perkembangan status siaga Gunung Merapi untuk mengamankan operasional penyaluran BBM dan LPG. Selain itu Pertamina juga turut menyalurkan bantuan BrightGas kepada beberapa posko pengungsian yang rentan terdampak hari ini.





Source link

Libur, Konsumsi BBM di Tol Trans Sumatra Naik 56 Persen



Jakarta, CNN Indonesia —

PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region (MOR) II Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mencatat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) melonjak 56 persen selama libur panjang cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW pada pekan kemarin.

“Secara total bahan bakar berkualitas (BBK) mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 56 persen dibandingkan dengan konsumsi normal harian periode 1-15 Oktober 2020, menjelang berakhirnya libur nasional dan cuti bersama Maulid Nabi Muhammad SAW,” kata Unit Manager Communication, Relations & CSR Sumbagsel Umar Ibnu Hasan seperti dikutip dari Antara, Senin (2/11).

Ia menyebutkan peningkatan itu terjadi seiring beroperasinya sarana transportasi umum dan kendaraan pribadi, industri, pusat perbelanjaan, dan pelaku UMKM, di era kenormalan baru ini.







Ia merinci kenaikan konsumsi BBM itu terjadi pada jenis Gasoline nonsubsidi jenis Pertalite yang meningkat sebesar 51,3 persen menjadi 42,7 kiloliter dari konsumsi normal harian yang hanya 28,2 kiloliter.

Untuk Pertamax kenaikan permintaan sebesar 95 persen dari 6,5 kiloliter menjadi 12,6 kiloliter. Sementara, konsumsi Pertamax Turbo, konsumsi harian naik sebesar 56,8 persen dari 0,5 kiloliter menjadi 0,7 kiloliter.

Untuk konsumsi BBM Gasoil Nonsubsidi jenis Dexlite naik sebesar 5,7 persen dari 3,9 kiloliter menjadi 4,1 kiloliter. Dan untuk Pertamina Dex konsumsinya naik sebesar 84,2 persen dari 2,5 kiloliter menjadi 4,6 kiloliter.

[Gambas:Video CNN]

Sementara, untuk konsumsi BBM Gasoil Subsidi jenis Biosolar naik sebesar 20,4 persen dari 88,1 kiloliter menjadi 106 kiloliter.

Kenaikan tertinggi produk Gasoline ada di produk Pertamax yaitu sebesar 95 persen, diikuti oleh Pertamax Turbo yaitu sebesar 56,8 persen. Sementara, konsumsi Gasoil tertinggi ada di produk Pertamina Dex yaitu 84,2 persen.

Meski naik, Umar menambahkan secara umum ketahanan stok BBM di SPBU Jalan Tol Trans Sumatera relatif aman.

“Konsumsi BBM nonsubsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex semakin meningkat, hal ini seiring dengan meningkatnya minat, kepedulian dan kesadaran konsumen terhadap penggunaan BBM terbaik untuk menjaga ketahanan mesin kendaraan”, kata Umar.

(Antara/agt)





Source link

Tenangkan Masyarakat, Pertamina Pastikan Masih Sediakan Premium di Indonesia


TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memastikan hingga kini tetap menyediakan serta menyalurkan Premium atau BBM RON 88 yang merupakan penugasan dari Pemerintah. Hal ini disampaikan oleh VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menanggapi kekhawatiran di masyarakat belakangan ini akan hilangnya bahan bakar minyak jenis Premium dan Pertalite di pasaran.

Menurut Fajriyah, sepanjang peraturan berlaku, maka penugasan tetap dijalankan Pertamina dengan baik. “Berdasarkan penugasan dari Pemerintah, saat ini Pertamina masih menyalurkan dan menyediakan Premium di Indonesia,” ucapnya melalui keterangan tertulis, Selasa, 1 September 2020.

Sampai saat ini, Pertamina masih menyalurkan dan menyediakan Premium di 4.700 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain Premium, Pertamina juga menyediakan jenis BBM Umum yang meliputi Perta Series yakni, Pertalite, Pertamax dan Pertamax Turbo, serta Dex Series (Pertamina Dex dan Dexlite).

“Untuk itu, masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap menggunakan BBM sesuai kebutuhan,” ujar Fajriyah. Penugasan penyaluran BBM jenis Premium tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018 serta Kepmen ESDM Nomor 1851 K/15/MEM/2018.

Meski begitu, kata Fajriyah, Pertamina juga akan terus konsisten mengedukasi konsumen dan mendorong penggunaan BBM dengan kualitas lebih baik serta lebih ramah lingkungan. Hal tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap agenda global untuk mengurangi kadar emisi gas buang kendaraan bermotor dan sejalan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 20 Tahun 2017.





Source link

Pertamina Buka Suara Soal Rugi Rp11 T pada Semester I 2020


Jakarta, CNN Indonesia —

PT Pertamina (Persero) buka suara soal kinerja keuangan mereka pada sepanjang semester I 2020 kemarin. VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan sepanjang semester I 2020 Pertamina menghadapi menghadapi triple shock.

Tekanan itu datang dari penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar yang berdampak pada selisih kurs yang cukup signifikan.

“Pandemi COVID 19 dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina. Dengan penurunan demand, depresiasi rupiah, dan juga crude price yang berfluktuasi sangat tajam membuat kinerja keuangan kami sangat terdampak,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, Selasa (25/8).


Menurut Fajriyah dari sisi permintaan, penurunan terlihat dari konsumsi BBM secara nasional yang sampai Juni 2020 hanya sekitar 117 ribu kilo liter (KL) per hari.

Permintaan itu turun 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tercatat 135 ribu KL per hari. Bahkan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota besar penurunan permintaan sempat tembus hingga 50-60 persen.

Ia optimis tekanan tersebut segera berakhir sehingga akhir tahun nanti perusahaan bisa menorehkan laba kembali. Keyakinan ia dasarkan pada pergerakan harga minyak dunia yang sudah mulai naik.

[Gambas:Video CNN]

Keyakinan juga ia dasarkan pada konsumsi BBM baik industri maupun ritel yang naik seiring pelonggaran PSBB. Fajriyah menambahkan

Pertamina mengalami rugi bersih sebesar US$767,91 juta setara Rp11,13 triliun (mengacu kurs Rp14.500 per dolar AS) pada semester I 2020 kemarin. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, perseroan berhasil meraup laba sebesar US$659,95 juta, atau Rp9,56 triliun.

Jika ditelaah, kerugian tersebut dipicu oleh sejumlah pos. Tercatat, pos penjualan dan pendapatan usaha perseroan turun 24,71 persen dari US$25,54 miliar menjadi US$20,48 miliar.

Penurunan penjualan dan pendapatan disumbang oleh penurunan penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak dalam negeri dari US$20,94 miliar menjadi US$16,56 miliar. Perusahaan energi pelat merah itu juga mengalami penurunan pendapatan dari aktivitas operasi lainnya dari US$497,23 juta menjadi US$424,80 juta.

Selain itu, penggantian biaya subsidi dari pemerintah juga turun dari US$2,5 miliar menjadi US$1,73 miliar. Tahun ini, Pertamina tidak mendapatkan imbalan jasa pemasaran, padahal tahun lalu berhasil mengantongi US$6,42 juta.

Namun, penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak berhasil naik dari US$1,6 miliar menjadi US$1,76 miliar.

Selanjutnya, perseroan juga mengalami kerugian selisih kurs sebesar US$211,83 juta. Periode yang sama tahun lalu, perseroan juga mengantongi keuntungan dari selisih kurs sebesar US$64,59 juta.

Meski mencatatkan kerugian, Fajriah menjamin Pertamina tetap memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat agar pergerakan ekonomi nasional tetap terjaga.

“Meski demand turun, seluruh proses bisnis Pertamina berjalan dengan normal. SPBU tetap beroperasi, pendistribusian BBM dan LPG juga tetap terjaga baik, kami memprioritaskan ketersediaan energi bagi rakyat,” tegas Fajriyah.

Pertamina, lanjut dia, juga tetap menjalankan proyek strategis nasional di sektor hulu seperti Jambaran Tiung Biru (JTB), melakukan pengeboran sumur migas yang sudah berjalan serta terus menuntaskan megaproyek RDMP dan GRR untuk membangun ketahanan dan kemandirian energi nasional.

“Secara total produksi minyak dan gas bumi Pertamina Group baik untuk aset domestik maupun internasional mencapai 884,1 MBOEPD (ribu barel setara minyak per hari). Bahkan beberapa anak perusahaan hulu Pertamina pun mencatat kinerja positif dengan capaian target produksi sesuai target,” terang Fajriyah.

(agt/agt)





Source link