fbpx

Semua BUMN Cabang Hong Kong Bakal Kumpul di Satu Gedung



Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merasa tertantang dengan keberadaan kantor cabang di luar negeri, untuk mewujudkan Indonesia Incorporated yang menjadi cita-cita Kementerian BUMN.

Direktur Treasury & International PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Henry Panjaitan mengatakan ada dua proyek yang diusung oleh Himpunan Bank Negara (Himbara) terkait dengan keberadaan kantor cabang bank di luar negeri tersebut.

“Bank Mandiri untuk koordinator bank di London, dan Bank BNI untuk koordinator di Hong Kong,” ujarnya dalam NGOPI BUMN “BUMN Go Global, Indonesia Mendunia” secara virtual di Jakarta, Rabu (18/11/2020).


Menurutnya, saat ini Bank BNI Hong Kong sudah berada di satu gedung dengan Bank Mandiri. Tepatnya di Far East Finance Center, dan menduduki area yang terletak di GF seluas 1.800 m2. “Sementara bank Mandiri di lantai 7,” imbuhnya.

Sementara itu, Bank BRI juga berkantor tak jauh dari lokasi tersebut, tepatnya di Lippo Center bersama dengan perusahaan BUMN lain seperti Garuda dan anak usaha Pertamina, Tugu Insurance.

“Mau Signing sudah finalisasi draft MoU, idenya adalah semua BUMN Hong Kong Berkantor di gedung yang sama,” ujarnya.

Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi tujuan Kementerian BUMN. Sekretaris Kementerian BUMN, Susyanto mengatakan Indonesia Incorporated adalah bagaimana menyatukan kekuatan BUMN di luar negeri agar menciptakan efisiensi operasional.

“Yang digambarkan masalah ini, Pertamina ada di beberapa negara. BNI, BRI, BUMN Karya juga ada di beberapa negara. Kenapa tak bisa satukan,” ujarnya.

Untuk itu dibuatlah MoU antara Kementerian BUMN dan kementerian Luar Negeri dalam mewujudkan hal ini. Dengan campur tangan Kemenlu, diharapkan hal-hal terkait ini bisa dilakukan.

“Dengan menyatukan beberapa kantor cabang. Kalau itu sudah, mana-mana yang jadi kesempatan, membuka peluang pasar. Kami coba kumpulkan BUMN di mana kekuatan mereka dan pasar mana, kami sedang jajaki. Kalau sudah matang, kita bisa memasuki go global yang diinginkan. Investasi di luar negeri akan naik, dan branding Indonesia akan terwujud,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]

(dob/dob)




Source link

Soal pemberian kredit, BBNI ingin tumbuh selektif dan prudent


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID -

JAKARTA.Kinerja PT Bank Negara Indonesia Tbk atau Bank BNI (BBNI) pada kuartal III 2020 kurang cemerlang. Bank BNI / BBNI mencatatkan laba bersih Rp 4,32 triliun, turun 63,9% yoy dari Rp 11,97 triliun di akhir September 2019.

Bila dirinci, penurunan ini tak terlepas dari perlambatan dari pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) yang terbilang stagnan di kuartal III 2020 menjadi Rp 26,64 triliun. Meski begitu pendapatan non bunga BBNI ini masih cukup positif dengan kenaikan sebesar 7,2% secara yoy menjadi Rp 8,71 triliun.

Perlambatan perolehan pendapatan bunga itu juga membuat posisi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank BNI ikut menyusut 60 basis poin secara tahunan menjadi 4,3%. Akan tetapi, posisi tersebut sebenarnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi NIM BNI di tahun ini yang bakal ada di kisaran 3,7%-4,0% berdasarkan Presentasi Perusahaan di kuartal III 2020.

Beberapa rasio profitabilitas lain seperti return on equity (ROE) juga menurun sebesar 9,3% secara tahunan menjadi hanya sebesar 5,4% di kuartal III 2020 dari tahun sebelumnya 14,7%. Sedangkan return on asset (ROA) menurun 1,6% secara tahunan menjadi sebesar 0,9%.

Baca Juga: Begini strategi BNI mendorong bisnis di tengah pandemi

Perlambatan perolehan laba perseroan ini juga bisa disebabkan oleh meningkatnya mitigasi risiko perseroan. Tercermin dari coverage ratio yang naik signifikan dari 159,2% di September 2019 menjadi sebesar 206,9% di akhir September 2020 atau meningkat sebanyak 47,6%.

Wajar kalau BNI terus memupuk pencadangan yang cukup jumbo tahun ini. Sebab, kalau melihat posisi non performing loan (NPL) perseroan per kuartal III 2020 memang ada kenaikan cukup tinggi sebesar 1,8% menjadi 3,6%.

Di samping itu, loan at risk (LAR) untuk kredit yang direstrukturisasi terkait Covid-19 juga meninggi hingga mencapai 28,7%.

Direktur IT dan Operasi BNI Y.B Hariantono mengatakan, peningkatan coverage ratio ini merupakan langkah strategis yang diambil perseroan untuk meredam potensi risiko kredit yang sedang tinggi di masa pandemi.

“Langkah mitigasi kredit, kami ingin tumbuh selektif dan prudent. Dengan memperhatikan prospek dan kemampuan bayar debitur,” katanya dalam paparan kinerja kuartal III 2020 secara virtual, Selasa (27/10).

Asal tahu saja, pada kuartal III-2020 realisasi kredit BNI masih tumbuh sebesar 4,2% secara year on year (yoy) menjadi Rp 582,38 triliun.

Di sisi lain, realisasi dana pihak ketiga (DPK) tumbuh signifikan sebesar 21,4% yoy menjadi Rp 705,09 triliun dari periode setahun sebelumnya Rp 580,97 triliun. Pertumbuhan DPK yang signifikan tersebut tentunya ikut menopang peningkatan aset perseroan yang kini telah menembus Rp 916,95 triliun atau meningkat 12,5% secara tahunan.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Source link