Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menengarai industri tekstil domestik belum siap menggarap produk baju hazmat atau Alat Pelindung Diri (APD) tenaga medis. Padahal, permintaannya meningkat selama pandemi virus corona.
Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengungkap industri tekstil dalam negeri saat ini masih banyak terfokus pada produk pakaian, sedangkan potensi untuk produk nonpakaian belum banyak digarap.
“Bagaimana (potensi) untuk tesktil yang nonpakaian? masih luas sekali. Sampai hari ini terjadi Covid-19, kita pun gagap menanggapi pembuatan APD karena bahan bakunya kita tidak punya,” kata Benny dalam webinar bertajuk “Penyelamatan Industri Tekstil” seperti dikutip dari Antara, Rabu (26/8).
Berkaca dari kondisi itu, ia menilai keterlibatan seluruh pihak untuk memajukan industri sangatlah penting. Terlebih, selain menciptakan lapangan kerja, industri pada umumnya juga berperan dalam meningkatkan devisa negara.
Untuk memajukan sektor industri, Benny menyebutkan ada tiga pilar yang perlu dioptimalisasi, yakni pembiayaan, power dan main power. Ketiga pilar ini dinilai penting untuk mendorong produk yang dihasilkan industri dapat berdaya saing di pasar global.
“Misalnya lembaga keuangan, produk-produk pembiayaannya masih seperti dulu. Saya mulai industri di tahun ’82, ya masih seperti itu, belum ada produk pembiayaan yang baru,” kata dia.
Selain itu, harga listrik untuk industri juga masih terbilang mahal dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya. Kondisi itu menyebabkan hasil produk menjadi mahal dan kurang berdaya saing di pasar dunia.
(sfr/agt)