fbpx

Bank Harda akan diakuisisi Chairul Tanjung, bagaimana rencana bisnisnya ke depan?


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) membenarkan rencana Chairul Tanjung (CT) melalui PT Mega Corpora untuk mengakuisisi sebagian besar saham perseroan. Meski begitu, Direktur Operasional Bank Harda Yohanes Simon mengaku sampai saat ini rencana aksi korporasi tersebut masih terus berproses.

Menurut Simon, pihaknya belum dapat merinci rencana bisnis Bank Harda hingga proses akuisisi tersebut rampung. Termasuk mengenai kemungkinan bakal digabungnya Bank Harda dengan bank milik CT Corp yaitu PT Bank Mega Tbk.

Menurutnya, hal yang saat ini tengah menjadi prioritas perseroan adalah untuk menambah modal Bank Harda agar segera naik ke kelompok BUKU II dengan modal inti Rp 1 triliun sampai Rp 5 triliun ke depan.

“Betul (akuisisi) salah satu strategi kita dalam menambah permodalan untuk ke BUKU selanjutnya,” kata Yohanes kepada Kontan.co.id, Selasa (3/11) malam.

Baca Juga: Salah satu pemegang saham Bank Harda jual porsi kepemilikannya

Sementara mengenai harga penjualan saham dan target akuisisi pihaknya belum bisa bicara banyak. Yang jelas, dalam waktu dekat ini Bank Harda tentunya bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk menyetujui proses penambahan modal lewat aksi korporasi tersebut. Sekaligus sebagai syarat memperoleh izin dari pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Rencana penambahan modal itu tentunya berkaitan dengan pemenuhan ketentuan yang ditetapkan oleh regulator lewat Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03.2020 tentang konsolidasi bank.

Dalam aturan itu, seluruh bank di tanah air memang harus punya modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun pada tahun 2022. Modal inti tersebut bisa dipenuhi secara bertahap. Nah untuk tahun 2020 OJK mewajibkan seluruh bank harus punya modal inti sebesar Rp 1 triliun pada akhir 31 Desember 2020.

Bank Harda menjadi salah satu bank yang harus memenuhi aturan tersebut secara cepat. Sebab, per September 2020 bank berkode emiten BBHI ini baru punya modal inti sebesar Rp 290,88 miliar.

Sebagai informasi saja, melalui keterbukaan Informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) Bank Harda mengumumkan bahwa pemegang saham mayoritas yakni PT Hakimputra Perkasa akan menjual 3,08 miliar saham atau sekitar 73,71% dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan kepada PT Mega Corpora.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.





Source link

BCA Luncurkan Bank Digital Tahun Depan



Jakarta, CNN Indonesia —

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menegaskan rencana peluncuran bank digital pada awal 2021. Direktur BCA Vera Eve liem mengatakan pihaknya hanya akan melakukan soft launching dan penggunaan terbatas untuk karyawan pada akhir tahun ini.

“Bank digital, akhir tahun soft launch. Awal tahun depan baru kami rencanakan launch untuk publik,” dalam konferensi pers Paparan Kinerja BCA Triwulan III 2020, Senin (26/10).

Menurut Vera, perseroan perlu melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap bank digital tersebut. Hal ini penting agar saat meluncurkan layanan tersebut kepada nasabah, platform dapat beroperasi secara optimal.







Seperti diketahui, bank digital BCA merupakan transformasi PT Bank Royal Indonesia yang diakuisisi BCA tahun lalu. Aksi korporasi ini merupakan strategi BCA untuk melakukan penetrasi di segmen digital.

Bank digital BCA rencananya juga bakal fokus pada penyaluran kredit di segmen ritel, dan UMKM yang selama ini tak jadi fokus BCA.

Menurut Vera, kebutuhan bank digital semakin diperlukan di tengah pandemi covid-19 yang memaksa masyarakat mengurangi aktivitas tatap muka atau bertemu secara langsung.

Di samping itu, transaksi non-tunai juga diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang. Karena itu, selain menyiapkan bank digital, BCA juga terus mengembangkan layanan mobile banking yang mengalami peningkatan transaksi.

“Pandemi ini menjadikan kami makin firm, mobile banking menjadi sesuatu yang kami butuhkan. Penambahan customer base terus meningkat. Tiap hari 6.700 rekening dibuka,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]

(hrf/age)





Source link

Korea Development Bank sah jadi pengendali Tifa Finance (TIFA)


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi akuisisi gencar terjadi pada perusahaan di Indonesia. Paling baru, The Korea Development Bank (KDB) mengeksekusi rencana menjadi pengendali PT Tifa Finance Tbk (TIFA).

Kemarin, terjadi transaksi yang melibatkan 871 juta saham TIFA di pasar negosiasi, setara dengan 80,65% saham TIFA. Berdasarkan data RTI, nilai transaksi saham TIFA di pasar negosiasi mencapai Rp 452,8 miliar. Dari total nilai transaksi, net buy asing pada saham TIFA mencapai Rp 252,7 miliar.

Sejumlah transaksi di pasar negosiasi terjadi di harga Rp 520 per saham dengan broker pembeli Mirae Asset Sekuritas dan broker penjual BCA Sekuritas. Harga pembelian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tertinggi saham TIFA pada Selasa (8/9) pada Rp 496 per saham dan harga penutupan Rp 490 per saham.

Perubahan pengendali ini bisa memicu penawaran tender wajib alias mandatory tender offer untuk seluruh sisa saham TIFA. Harga tender offer biasanya akan ditentukan berdasarkan harga rata-rata tertinggi dalam 90 hari sebelum pengumuman pengambilalihan atau harga akuisisi, tergantung mana yang lebih tinggi.

Pada 6 Juli 2020, Tifa Finance mengungkapkan bahwa The Korea Development Bank (KDB) akan mengakuisisi 870,76 juta saham yang mewakili 80,65% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh. “Pengambilalihan ini merupakan pengambilalihan langsung dari pemegang saham eksisting melalui proses jual beli saham,” ungkap Bernard Thien Ted Nam, Presiden Direktur Tifa Finance dan Ester Gunawan, Direktur Tifa Finance dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, 9 Juli lalu.

Rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Tifa Finance pada Kamis (27/8) lalu telah menyetujui perubahan nama dari PT Tifa Finance Tbk menjadi PT KDB Tifa Finance Tbk. RUPSLB juga menyetujui rencana pengalihan saham yang akan mengakibatkan perubahan pengendali. Mekanisme dan tata cara perubahan ini berpedoman pada ketentuan pasar modal.

Pada akhir Juli 2020, pemegang saham terbesar Tifa Finance adalah PT Dwi Satrya Utama dengan kepemilikan 38,61%, Tan Chong Credit Pte Ltd dengan kepemilikan 35,64%, dan masyarakat dengan kepemilikan 25,75%.

The Korea Times melaporkan bahwa KDB mencari peluang diversifikasi portofolio di Asia Tenggara. Bank pelat merah Korea ini mengincar perusahaan finansial yang memiliki izin untuk layanan jasa mulai dari leasing, pembiayaan konsumen hingga pembiayaan kartu kredit.

DONASI, Dapat Voucer Gratis!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.




Source link

Ekspansif, Gajah Tunggal Caplok Lahan Softex Rp 242,05 M


Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten produsen ban PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) membeli lahan seluas 80.020 meter persegi (m2) di Tangerang, Provinsi Banten, untuk ekspansi pabrik Truck Bus Radial senilai Rp 242,05 miliar.

Pembelian lahan itu dimiliki oleh PT Softex Indonesia, perusahaan terafiliasi, yang bersebelahan dengan salah satu dari lokasi pabrik perseroan.

Mengacu keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), tujuan pembelian itu dalam rangka pengembangan dan perluasan fasilitas produksi perseroan dan entitas anak.


Sebab itu, perseroan memerlukan lahan yang memiliki lokasi yang berdekatan dengan fasilitas produksi yang saat ini digunakan oleh perseroan.

“Dengan demikian perseroan akan memperoleh efisiensi dari segi utility, transportasi dan pengawasan sehingga akan menurunkan biaya operasional Perseroan,” tulis manajemen GJTL, dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (1/9/2020).

“Sehubungan dengan hal tersebut perseroan telah membeli tanah tersebut yang akan dimanfaatkan untuk gudang dan perluasan fasilitas produksi ban jenis komersial dengan konstruksi radial, yaitu TBR,” tulis manajemen.

Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli diteken pada 28 Agustus 2020 antara GJTL dan Softex. Tanah yang dimaksud yakni 1 bidang tanah seluas 80.020 m2 beserta bangunan di atasnya yang terletak di Jalan Raya Serang KM 7, Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Harga jual beli Tanah yang telah dilakukan sebesar Rp 242,05 miliar, dibayar secara bertahap dengan rincian sebesar Rp 48,41 miliar dibayarkan pada tanggal penandatangan akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli tanggal 28 Agustus 2020.

Adapun sisanya Rp 193,64 miliar akan dibayar selambatnya pada saat ditandatanganinya Akta Jual Beli atas Tanah dan Bangunan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang yakni pada 26 Februari 2021.

Berdasarkan harga pasar wajar atas tanah yang telah dinilai oleh KJPP MAR dalam Laporan No. 00427/2.0053-00/PI/04/0095/1/VIII/2020 tanggal 13 Agustus 2020 sebesar Rp 251,636 miliar, maka pelaksanaan transaksi pembelian tanah seharga Rp 242,05 miliar lebih rendah 3,81% dari harga pasar wajar yang dinilai oleh KJPP MAR.

Transaksi ini disebut transaksi afiliasi karena pemilik manfaat terakhir (ultimate beneficiary owners) perseroan melalui kepemilikan 49,50% dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan yakni Denham Pte Ltd, merupakan pemilik manfaat terakhir yang sama dengan Softex dengan kepemilikan 99.21%.

Nama terakhir dari pemilik saham dua perusahaan ini yakni Michelle Liem Mei Fung dan Tan Enk Ee.

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)




Source link