fbpx

PSBB Jakarta dan Jabar Perlambat Kegiatan Ekonomi Masyarakat


JawaPos.com – Pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang juga sering disebut sebagai PSBB jilid II menghantam industri manufaktur. Purchasing Managers’ Index (PMI) September turun hampir empat poin. Dari 50,8 pada Agustus menjadi 47,2 bulan lalu.

“Turunnya PMI karena industri yang tadinya melakukan ekspansi menjadi wait and see dan lebih berhati-hati. Ini berpengaruh pada rencana-rencana produksi dan peningkatan utilitasnya,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita akhir pekan lalu.

Dia mengungkapkan bahwa PSBB ketat di DKI Jakarta dan perpanjangan PSBB di Jawa Barat serta Banten melambatkan kegiatan ekonomi masyarakat.

Berdasar hasil survei IHS Markit, tindakan pembatasan mengganggu aktivitas pabrik. Akibatnya, perusahaan juga mengurangi belanja untuk mengendalikan pengeluaran.

PSBB juga mengurangi kemampuan pemasok untuk mengirimkan pesanan tepat waktu. Waktu pengiriman rata-rata diperpanjang selama empat bulan berturut-turut pada September.

Dalam kondisi seperti itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) tetap mengawal sektor industri nasional agar kembali tumbuh positif. Juga, mampu sepenuhnya pulih dari tekanan akibat pandemi Covid-19.

“Kami akan terus mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah Kemenperin keluarkan untuk disesuaikan dengan kondisi industri,” tambah Agus.

Kemenperin lebih gencar menggalang koordinasi dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama memantau aktivitas industri di tengah pandemi. Karena itu, Kemenperin terus memastikan bahwa kegiatan operasional sektor industri dapat berjalan beriringan dengan pencegahan Covid-19.

“Terdapat semangat yang sama antara pemerintah pusat dan daerah, yaitu berupaya untuk memastikan kegiatan ekonomi tetap berjalan. Pada saat yang sama, kami juga memprioritaskan protokol kesehatan untuk memutus mata rantai Covid-19,” beber Agus.

Sementara PMI Indonesia turun, tidak demikian dengan PMI negara-negara ASEAN yang lain. Agus menyampaikan bahwa skala industri manufaktur Indonesia dan negara-negara lain itu berbeda.

“Tidak bisa dibandingkan apple-to-apple antarnegara karena kontribusi industri bagi perekonomian dan jumlah industrinya sangat berbeda,” ujarnya.

Menurut Agus, Indonesia memiliki ukuran industri manufaktur yang jauh lebih besar daripada negara-negara ASEAN lainnya. “Data Manufacturing Value Added (MVA) dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) menyebutkan bahwa posisi Indonesia berada jauh di atas negara-negara ASEAN lainnya,” paparnya.

Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw menyebutkan, pengetatan PSBB di Jakarta merupakan salah satu pemicu turunnya indeks manufaktur tanah air. Data terkini PMI mengindikasikan kemerosotan baru pada September. Penjualan dan produksi menurun signifikan pada akhir triwulan ketiga setelah peningkatan yang cukup bagus pada Agustus.

Menurut Bernard, angka PMI terkini menyatakan bahwa sektor manufaktur akan sangat menantang pada beberapa bulan ke depan. Proyeksi tahun depan tetap positif. Namun, optimisme bergantung pada perkembangan penanganan pandemi.

“Apakah pemulihan yang kuat akan mengakar, itu bergantung pada kemampuan negara dalam mengendalikan pandemi,” tegasnya.

Terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengakui adanya penurunan kinerja industri manufaktur. “Ini adalah penurunan pertama sejak April dan menunjukkan aktivitas manufaktur yang melemah di tengah penerapan PSBB karena masih tereskalasinya pandemi,” ujarnya belum lama ini.

Idealnya, PMI berada di angka 50. Sebab, angka di atas 50 menunjukkan adanya pertumbuhan positif secara bulanan. Febrio melanjutkan, yang terjadi adalah aktivitas produksi dan penjualan turun. Selain itu, perusahaan memilih untuk mengurangi stok atas alasan efisiensi.

“Penurunan penjualan berkontribusi terhadap kenaikan kapasitas berlebih atau spare capacity yang tecermin pada penurunan pekerjaan yang harus diselesaikan atau backlogs of works sehingga menghambat perekrutan tenaga kerja lebih lanjut,” urai Febrio.

Dia menyatakan bahwa PSBB juga menghambat kemampuan penyedia bahan baku (supplier) untuk memasok barang tepat waktu. Oleh karena itu, pemerintah akan tetap memperkuat kebijakan yang telah berjalan. Terutama penanganan Covid-19 melalui peningkatan langkah TLI (tes, lacak, isolasi) dan disiplin gerakan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

“Penguatan TLI oleh pemerintah dan 3M oleh masyarakat sejauh ini merupakan best practice dalam mengendalikan Covid-19,” tandasnya.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : (agf/dee/c12/hep)





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *