fbpx

Data Klaim Pengangguran Lebih Buruk, Bursa AS Dibuka Melemah


Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) terperosok ke jalur merah pada pembukaan perdagangan Kamis (24/9/2020), menyusul ketidakpastian stimulus dan berlanjutnya aksi jual saham-saham teknologi yang telah membumbung tinggi.

Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun 69,5 poin (-0,3%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan 15 menit kemudian menjadi 164,4 poin (-0,6%) ke 26.598,75. Nasdaq drop 70,9 poin (-0,7%) ke 10.562,11 dan S&P 500 turun 19,8 poin (-0,6%) ke 3.217,14.

Saham Facebook turun 0,4%, Amazon melemah 0,3%, dan Apple surut 0,5%. Nyali pelaku pasar di Wall Street cenderung mengkeret setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa pihaknya tak akan dengan mudah melepas kekuasaan jika nanti kalah di pemilihan umum.


“Tidak ada satu alasan spesifik untuk menjelaskan aksi jual tersebut, dan dalam banyak hal koreksi itu adalah kelanjutan aksi yang sudah berlangsung sejak awal bulan,” tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge sebagaimana dikutip CNBC International.

Sejauh ini, indeks S&P 500 sepanjang September telah melemah 7,5%, sedangkan Dow Jones anjlok 5,8% dan Nasdaq ambruk 9,7% setelah investor menggeser posisi investasi dari saham teknologi ke saham siklikal yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi.

Data klaim tunjangan pengangguran justru memberikan sentimen negatif tambahan, dengan membukukan angka 870.000 klaim baru, atau lebih buruk dari estimasi Dow Jones yang hanya memperkirakan 850.000.

Demikian juga pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin di depan Komite Perbankan, Senat. Pidato itu bakal berlangsung di tengah penantian pasar atas nasib stimulus tambahan untuk mengatasi dampak pandemi terhadap ekonomi AS.

Powell pada Rabu telah menekankan pentingnya stimulus jika ingin pemulihan ekonomi berlanjut. Ketakpastian stimulus mendorong Goldman Sachs memangkas Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal IV-2020 menjadi 3%, atau separuh dari proyeksi sebelumnya 6%.

“Tatkala investor menuding volatilitas yang terjadi sebagai akibat volatilitas musiman dan ketakpastian politik, kita telah memasuki periode di mana kantong uang tunai lebih dipilih yang memicu dolar AS menguat dan menekan aset berisiko tinggi [ saham],” ujar Andrew Smith, Kepala Perencana Investasi Delos Capital Advisors, dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(ags/ags)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *