Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi negara pada Jumat (18/9/2020) mayoritas ditutup menguat. Hanya obligasi jangka pendek tenor 1 tahun dan 5 tahun yang harganya mengalami pelemahan.
Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 1 tahun dan 5 tahun cenderung dilepas investor hari ini, sedangkan sisanya ramai dikoleksi investor. Tercatat Yield SBN dengan tenor 1 tahun naik 13,7 basis poin ke level 3,829% dan yield SBN berjatuh tempo 5 tahun menguat 1 basis poin ke 5,592%, sedangkan sisanya mengalami pelemahan yield.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara mengalami pelemahan 1 basis point ke level 6,912%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga pelemahan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Pelemahan yield terbesar tercatat di SBN dengan tenor 30 tahun yang turun 2 basis poin ke level 7,439%. Sedangkan, pelemahan yield terkecil terjadi pada SBN berjatuh tempo 20 tahun yang turun 0,8 basis poin ke 7,466%.
Investor sepertinya “bermain aman” dengan mengoleksi SBN jangka panjang karena pesimistis pemulihan ekonomi Indonesia yang kian panjang akibat kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuan yang tetap di angka 4%.
Sebelumnya pada Kamis (17/9/2020) kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 4%. Dengan demikian suku bunga Deposit Facility juga tetap 3,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada September ini dengan mempertimbangkan berbagai hal mulai dari inflasi hingga sistem keuangan baik di domestik maupun global.
Selain itu, alasan BI tetap mempertahankan suku bunga pada bulan ini karena berbagai kebijakan yang dilakukan tetap berkoordinasi dengan pemerintah maupun Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSS) untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Kemudian alasan lainnya mempertahankan suku bunga sebesar 4% meski terendah sejak 2016 adalah karena suku bunga deposito dan suku bunga kredit juga mulai turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)