Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 2,58% atau 126,9 poin dari posisi 5.035,663. Penguatan ini justru terjadi di tengah gelombang aksi prores buruh atas pengesahan UU Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham properti mulai unjuk gigi dengan masuk ke daftar pencetak kenaikan harga tertinggi sepekan.
Menurut data BEI, tiga dari lima saham dengan reli terbesar merupakan saham sektor konstruksi-properti yakni PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST).
Saham PWON naik 10,4% sepanjang pekan lalu, menjadi runner up dalam daftar top gainer, mengekor saham sektor perdagangan besar yakni PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) yang menguat hingga 23,7%.
TOP GAINERS SEPEKAN (5-9 OKT)
SAHAM
|
EMITEN
|
KENAIKAN (%)
|
HARGA (Rp)
|
JAST
|
PT Jasnita Telekomindo Tbk
|
24
|
120
|
PWON
|
PT Pakuwon Jati Tbk
|
10
|
382
|
BRIS
|
PT BRISyariah Tbk
|
10
|
855
|
HMSP
|
PT HM Sampoerna Tbk
|
10
|
2
|
ACST
|
PT Acset Indonusa Tbk
|
10
|
204
|
MNCN
|
PT Media Nusantara Citra Tbk
|
8
|
790
|
Table: Arif Gunawan Source: BEI
Saham Jasnita mulai dilirik di tengah pandemi setelah perseroan menyatakan ada kenaikan permintaan jasa VoIP (Voice on internet protocol) dari para pelanggannya, untuk kebutuhan telekonferensi, karena mengurangi beban biaya konferensi hingga 30%, biaya panggilan lokal 40%, dan memangkas biaya panggilan internasional hingga 90%.
“Beberapa perusahaan yang mulai mempercayakan Jasnita dalam sistem VoIP di tengah Pandemi ini di antaranya seperti Siemens, Bentoel Group, Dwidaya Tour, Ruang Guru, dan banyak lagi,” tutur perseroan dalam pernyataan resmi akhir pekan lalu.
Saham PWON menguat mengiringi ekspektasi bahwa UU Ciptaker bakal mendongkrak permintaan apartemen dan kondominium, karena adanya klausul pelonggaran warga asing untuk memiliki aset properti mewah tersebut.
Perseroan melaporkan capaian penjualan divisi pemasaran (marketing sales) sebesar Rp 501 miliar pada semester I-2020, atau 48% dari target penjualan 2020 yang dipatok sebesar Rp 1 triliun.
Meski menghadapi pandemi, tetapi perseroan menyatakan bahwa penjualan kuartal ketiga telah membaik, dan diharapkan berlanjut pada kuartal keempat.
Saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) menguat setelah perusahaan pemeringkat Fitch Ratings memberikan nilai A dengan outlook stabil untuk kinerja perseroan dan sukuk yang akan diterbitkannya senilai Rp 1 triliun.
Anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tersebut juga melaporkan kinerja positif hingga Agustus, dengan laba bersih Rp 168 miliar, atau melonjak 158,5% secara tahunan berkat mengonversi aset BRI senilai Rp 1,9 triliun di Aceh.
Demikian juga kabar merger bank BUMN Syariah yang memicu spekulasi bahwa BRI Syariah bakal menjadi entitas yang dipertahankan.
Saham top losers
Namun di tengah reli IHSG sebesar 2,58%, saham-saham lapis kedua dan ketiga ini terjerembab ke jajaran top loser.
Sebanyak dua dari lima saham yang pekan ini masuk jajaran lima besar karena membukukan koreksi terbesar bergerak di sektor perdagangan. Sisanya adalah saham sektor properti, transportasi, dan manufaktur.
Saham PT Karya Bersama Anugerah Tbk (KBAG) yang bergerak di sektor properti mencatatkan koreksi terbesar sepanjang pekan ini, yakni sebesar 28% ke Rp 59 per unit saham. Efek Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) tidak banyak mempengaruhi kinerjanya karena tak memiliki proyek apartemen.
SAHAM TOP LOSERS SEPEKAN (5-9 OKT)
SAHAM
|
NAMA
|
KOREKSI (%)
|
HARGA (Rp)
|
KBAG
|
PT Karya Bersama Anugerah Tbk
|
-28
|
59
|
DEAL
|
PT Dewata Freight International Tbk
|
-17
|
188
|
FIRE
|
PT Alfa Energi Investama Tbk
|
-15
|
264
|
PURE
|
PT Trinitan Metals and Minerals Tbk
|
-13
|
320
|
BOGA
|
PT Bintang Oto Global Tbk
|
-9
|
1
|
Table: Arif Gunawan Source: BEI
Saham PT Dewata Freight International Tbk (DEAL) menyusul di posisi kedua dengan koreksi sebesar 16,8% ke Rp 188 per unit, diikuti saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) yang melemah 15,4% ke Rp 264 per saham.
Saham DEAL tertekan di tengah efek pandemi yang memperlambat aktivitas pengangkutan, sama halnya dengan saham FIRE yang juga bergerak di sektor perdagangan.
Hal ini sejalan dengan laporan Kementerian Keuangan yang menyebutkan bahwa sektor yang paling terganggu oleh corona adalah transportasi, manufaktur, perdagangan, dan akomodasi (perhotelan serta restoran).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas)